Hasil investigasi laboratorium juga menemukan adanya infeksi ganda atau multipatogen pada pasien.
Selain flu babi, ditemukan pula indikasi infeksi pertusis, adenovirus, dan bocavirus yang memperparah kondisi kesehatan warga, terutama mereka yang memiliki status gizi buruk dan kekebalan tubuh rendah.
"Jika kondisi sanitasi, gizi, dan kebiasaan sehari-hari tidak diperbaiki, penularan akan terus berulang," tegas Sumarjaya.
Merespons krisis kesehatan ini, Kemenkes bekerja sama dengan pemerintah daerah langsung turun tangan melakukan pengobatan massal.
Fokus intervensi tidak hanya pada pengobatan, tetapi juga perbaikan gizi dengan memberikan makanan tambahan (PMT) dan vitamin, khususnya bagi balita dan ibu hamil.
Baca Juga: Laporan Terbaru Mengklaim Harga Apple iPhone Layar Lipat Bikin Sport Jantung Kaum ‘Mendang-mending’
Selain itu, edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), etika batuk, dan penggunaan masker juga digencarkan untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Untuk jangka panjang, Kemenkes dan Pemda setempat menyusun rencana perbaikan lingkungan fisik, mulai dari pembuatan tempat pembuangan sampah, pembersihan area rawan nyamuk, hingga pengaturan ulang tata letak rumah agar area memasak terpisah dari tempat istirahat.
Intervensi ini rencananya akan dilakukan secara bertahap tidak hanya di Dusun Datai, tetapi juga di tujuh dusun terisolasi lainnya di sekitarnya.***
Artikel Terkait
Kasus Gubernur Riau Abdul Wahid, KPK 'Obok-obok' Dinas Pendidikan
Penyidik KPK Masih 'Obrak-Abrik' Kantor Disdik Riau
Usut Perusakan Segel di Rumah Dinas Gubernur Riau, KPK Periksa Pramusaji dan 2 ASN Pemprov
Agen BRILink di Riau Ini Buka Layanan 'Jemput Bola' untuk Permudah Kebutuhan Transaksi Warga
Waspada! 5 Anak di Pedalaman Indragiri Hulu, Riau, Meninggal karena Flu Babi