• Senin, 22 Desember 2025

‎Keriuhan Bendera One Piece di Jagat Maya Lebih Relate ke Pendukung Tom Lembong dan Hasto

Photo Author
- Rabu, 6 Agustus 2025 | 11:55 WIB
Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, mengatakan, keriuhan bendera one piece di tengah 4 isu mencemaskan. (KONTEKS.CO.ID/Ist)
Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, mengatakan, keriuhan bendera one piece di tengah 4 isu mencemaskan. (KONTEKS.CO.ID/Ist)
KONTEKS.CO.ID – Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, ‎menilai bahwa riuhnya bendera one piece di jagat maya lebih relate ‎ke kelompok pendukung Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto.
 
“Kita melihat bahwa memang kelompok itu kalau kita bilang, itu relate-nya itu pasti sama kelompok Anies [pendukung Tom Lembong] dan kelompok Hasto,” kata Syahganda dalam sinear PHD 4K dikutip pada Rabu, 6 Agustus 2025‎.
 
Ia mensinyalir demikian merujuk big data di media sosial terkait unggahan dan percakapan mengenai bendera one piece. ‎Pasca-Prabowo memberikan amnesti kepada Hasto dan abolisi bagi Tom Lembong, percakapan dan unggahannya menjadi menurun.
 
 
“Mengalami penurunan diskusi soal one piece ini di dalam pantauan big data karena Hasto dan Tom Lembong ini diberikan pembebasan,” ucapnya.
 
Meski demikian, lanjut Syahganda, kelompok manapun yang menggunakan bendera one piece ini tidak mau mengklaim sebagai pihak di baliknya.
 
‎“Kita tahu, siapapun yang mau mengklaim one piece ini, ini adalah kelompok perlawanan,” tandasnya.
 
Menurut dia, kelompok perlawanan ini bisa bisa kontemporer ataupun permanen. Kelompok kontemporer yakni yang kemudian menurunkan intensitasnya soal one piece setelah Hasto dan Tom Lembong mendapat pembebasan.
 
‎“Dia mengalami penurunan diskusi soal one piece ini di dalam pantauan big data,” ujarnya.
 
 
‎Ia mensinyalir bahwa one piece ini merupakan gerakan laten perlawanan.‎ “Mereka coba membangun narasi seolah-olah mungkin mereka sendiri yang playing victim.” 
 
Sedangkan disoal kalau one piece ini lebih relate kepada kedua kelompok ini agak kurang beralasan mengingat mereka adalah kelompok tua sehingga tidak mungkin memakai one piece sebagai simbol perlawanan, Syahganda mengatakan, ini bisa terbantahkan. 
 
‎“Walaupun kita tua, tapi dia bisa bertanya di AI dan kemudian bisa bagaimana untuk memengaruhi bisa mereka dikasih arahan,” ujarnya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X