Itu guna menghindari penyakit akibat lemak viseral seperti penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes.
“Saya tidak berharap semua orang langsung memahami IMT atau dampaknya, jadi saya pakai ukuran celana sebagai acuan yang lebih mudah,” kata Menteri Budi.
IMT adalah perbandingan antara tinggi dan berat badan yang digunakan untuk memperkirakan kadar lemak tubuh.
Namun, Budi dikritik publik karena tidak mempertimbangkan faktor tinggi badan yang dapat membuat seseorang punya lingkar pinggang lebih besar secara alami.
“Siapa bilang semua yang beli celana ukuran di atas 32 inci pasti obesitas? Mungkin dia memang tinggi,” komentar warganet di Instagram.
“Katanya bukan ‘body shaming’, tapi dia menyalahkan orang yang pakai ukuran segitu dan bilang cepat mati. Menteri ini blunder terus,” tambahnya.
“Aduh, saya tingginya 183 cm, kalau pakai celana ukuran 33 malah jadi hotpants,” tulis warganet lain.
Bahkan, ada yang menyindir apakah Budi mempertimbangkan Presiden Prabowo Subianto saat membuat pernyataan tersebut.
“Ukuran celana Presiden berapa, Pak?” tulis akun @aksaravivani di Instagram.
“Jangan-jangan ini sindiran buat Presiden? Berani banget. Gak takut dicopot?” tambah akun @kokokeuangan.
Dalam acara kesehatan tersebut, Menkes juga menekankan pentingnya rutin memeriksa tekanan darah, selain memantau lingkar pinggang.***
Artikel Terkait
Buntut Kasus Dokter Cabul, Menkes Budi Gunadi Wajibkan Rekrutmen PPDS Pakai Tes Psikologi
Ditolak Banyak Orang, Menkes Ungkap Alasan Bill Gates Uji Vaksin TBC di Indonesia