• Senin, 22 Desember 2025

Sentil Jokowi? SBY Sebut Pemimpin Haus Kekuasaan Cenderung Nekat Ubah Konstitusi

Photo Author
- Minggu, 9 Maret 2025 | 13:08 WIB
Bedah Buku `Standing Firm for Indonesia's Democracy: An Oral History of President Susilo Bambang Yudhoyono' di KBRI Tokyo menyinggung pemimpin yang haus kekuasaan. (KBRI Tokyo)
Bedah Buku `Standing Firm for Indonesia's Democracy: An Oral History of President Susilo Bambang Yudhoyono' di KBRI Tokyo menyinggung pemimpin yang haus kekuasaan. (KBRI Tokyo)

KONTEKS.CO.ID - Ada yang menarik dari acara bedah buku "Standing Firm for Indonesia's Democracy: An Oral History of President Susilo Bambang Yudhoyono," yang digelar KBRI Tokyo secara hybrid, pada Jumat 7 Maret 2025.  

Dihadapan tamu undangan, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) para tamu undangan, Presiden ke-6 RI itu mengungkapkan pandangannya terhadap pemimpin yang haus akan masa jabatannya.

Menurut dia, pemimpin tipikal demikian condong bakal bertekad memperpanjang masa kekuasaan. Bahkan semua cara ia tempuh guna memperpanjang kekuasannya, bila perlu mengubah konstitusi negara.

Baca Juga: Kebakaran di Komdigi Terjadi di Ruang Mesin Penangkal Konten Judi Online

"My own observations, kalau pemimpin politik itu haus kekuasaan, tergoda oleh kekuasaan, around the globe, banyak pemimpin, presiden, perdana menteri, siapapun, cenderung atau tergoda memperpanjang kekuasaannya, mengubah konstitusi, menambah masa jabatan, periode atau terms," ungkapnya.

Dia menambahkan, langkah memperpanjang masa jabatan tersebut ada yang berhasil dan tidak. Hanya ia memastikan, kekuasaan absolut itu pada intinya selalu ditolak di mana pun.

SBY memberikan contoh bagaimana serangkaian protes dan pemberontakan yang berlangsung di sejumlah negara Arab dan Afrika Utara pada awal 2010 (Arab Spring).

Baca Juga: Pantang Menyerah, Rehan dan Gloria Tantang Ganda Campuran Denmark di Final Orleans Masters 2025

"Mengapa rontok? Karena ada perlawanan publik, kebanyakan dari mahasiswa, dari middle class, intelektual yang kebetulan menganggur, no job. Kemudian ekonominya buruk, tiba-tiba melihat pemimpin politiknya punya kekuasaan yang mutlak, yang absolut, terjadilah perlawanan publik dan tidak bisa bertahan," tutur SBY.

"Jadi cerita ini pada hakikatnya kembali bahwa semakin besar kekuasaan itu sebetulnya akan menimbulkan masalah. Power tends to corrupt. Absolute power tends to corrupt absolutely. Itu peringatan untuk siapa pun who is holding power," katanya mengingatkan.

Menimbang materi yang disampaikan, muncul pertanyaan, apakah SBY sedang menyindir salah satu mantan presiden di Tanah Air.

Baca Juga: Barack Obama Dapat Tawaran Akting dari Ben Stiller di Tengah Gosip Perceraian

Seperti publik ketahui, di ujung masa pemerintahannya, Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), diterpa isu panas. Ia diduga berupaya memperpanjang masa jabatannya menjadi 3 periode, sesuatu yang diharamkan oleh konstitusi

Meski ditampik oleh Jokowi dan koleganya, hingga saat ini, rumor tersebut masih melekat pada diri penggagas pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke IKN. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X