• Senin, 22 Desember 2025

Film Animasi 'Merah Putih: One for All' Telan Dana Rp6,7 Miliar, Hanung Bramantyo Kritik Pedas Soal Kualitas

Photo Author
- Senin, 11 Agustus 2025 | 21:45 WIB
Film Animasi Merah Putih One for All Telan Biaya Miliaran, Hanung Bramantyo Beri Kritikan (foto: kolase istimewa)
Film Animasi Merah Putih One for All Telan Biaya Miliaran, Hanung Bramantyo Beri Kritikan (foto: kolase istimewa)

KONTEKS.CO.ID - Film animasi Merah Putih: One for All baru saja merilis trailer menjelang penayangannya bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-80 pada 14 Agustus 2025.

Namun, alih-alih mendapat sambutan hangat, film ini menuai pro dan kontra di media sosial, terutama setelah muncul kabar bahwa pembuatannya menelan biaya Rp6,7 miliar.

Salah satu yang menanggapi adalah sutradara dan produser ternama Tanah Air, Hanung Bramantyo.

Baca Juga: Apa Tujuan Deretan Satuan dan Jabatan Baru di TNI? Ini Kata Prabowo

Melalui komentar di akun Kimisekai.id pada Minggu, 10 Agustus 2025, Hanung mengkritik kualitas animasi yang dianggap tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan.

"Menurut info, budgetnya Rp6,7 miliar. Potong pajak 13%, jadi kisaran Rp5 miliar lebih. Sekalipun tidak dikorupsi, hasilnya tetap jelek!" tulisnya.

Ia menjelaskan bahwa standar biaya produksi film animasi layak biasanya berada di kisaran Rp30–40 miliar (di luar biaya promosi) dan memerlukan waktu pengerjaan 4–5 tahun.

Hanung menambahkan, dengan dana Rp6 miliar, proses yang bisa dicapai hanyalah tahap previs (pre-visualization) atau storyboard berwarna yang digerakkan sebagai panduan animator.

Jika yang ditayangkan ke publik adalah previs, menurutnya wajar bila penonton memberikan respons negatif.

"Ibarat membangun rumah, belum diplester semen dan lantainya masih cor-coran kasar," pungkasnya.

Film Merah Putih: One for All sendiri digarap oleh sutradara Endiarto dan Bintang Takari, diproduseri oleh Toto Soegriwo, dan diproduksi oleh Perfiki Kreasindo.

Baca Juga: Video Viral Mobil Listrik BYD Tersambar Petir 3 Kali di Rest Area, Ahli Beri Penjelasan  

Ceritanya mengisahkan delapan anak dari berbagai latar belakang budaya (Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, hingga keturunan Tionghoa) yang membentuk "Tim Merah Putih" di sebuah desa.

Mereka diberi tugas menjaga bendera merah putih yang akan dikibarkan pada upacara 17 Agustus. Namun, tiga hari sebelum acara, bendera tersebut hilang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eko Priliawito

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Perayaan Natal 2025 Jessica Mila Antara Senang dan Sedih

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:40 WIB
X