"Saya terinspirasi dari prinsip Ryan Adriandhy (sutradara JUMBO) bahwa kualitas animasi bukan syarat utama, yang penting jalan ceritanya," jelas Bintang dalam diskusi grup WhatsApp bersama tim produksi.
Baca Juga: Apartemen Jakarta lesu, Pengembang Turun Harga Gila-Gilaan: Kini Diobral Rp200 Jutaan
Penggunaan Aset dan Keterlibatan Pemerintah
Merah Putih One For All dibuat oleh Perfiki Kreasindo, rumah produksi di bawah Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Produser eksekutif Sonny Pudjisasono dan Endiarto.
Bintang Takari juga mengungkap bahwa aset-aset animasi sebagian besar adalah aset lama yang dibeli dan dimodifikasi sebelum produksi film ini, sehingga tidak termasuk dalam anggaran resmi produksi.
Terkait keterlibatan pemerintah, Wakil Menteri Kemenkraf, Irene Umar, menegaskan bahwa kementerian hanya melakukan audiensi dan memberi masukan, tanpa keterlibatan finansial langsung.
Dua Versi Cerita Bujet, Publik Bingung
Perbedaan klaim soal bujet film antara produser dan animator ini menimbulkan tanda tanya di publik.
Produser mengklaim bujet di atas Rp6 miliar, sementara animator bilang dana yang diterima sangat minim.
Publik pun berharap kejujuran dan transparansi soal anggaran serta proses produksi demi kemajuan industri animasi nasional.***
Artikel Terkait
Penyidik KPK Geber Lagi Dugaan Korupsi Pengadaan Mesin EDC BRI, Giliran Direktur PT Qualita Indonesia Digarap Gedung Merah Putih
Ini Aturan dan Larangan Pengibaran Bendera Merah Putih Jelang 17 Agustus, Warga RI Wajib Tahu
Kontroversi Animasi Merah Putih: One for All, Anggaran Miliaran, Visual Disebut Setara Game PS2
Polemik Merah Putih One For All, Hanung Bramantyo: Standar Film Animasi Minimal Rp30 Miliar, Produksi 5 Tahun