Dari Jakarta ke Taichung: Seringai Buktikan Indonesia Punya Dominasi Metal di Asia

Keberadaan acara seperti “Seringai: Live in Taiwan” menjadi bukti bahwa rasa peduli terhadap kondisi tanah air bisa datang dari mana saja, bahkan dari luar negeri.

Hal ini memperlihatkan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia sangat mempengaruhi kondisi sosial, serta kesejahteraan rakyatnya.

Seperti yang dikatakan oleh Greg Graffin dalam bukunya Population Wars: A New Perspective on Competition and Coexistence, “Untungnya, lingkungan politik itu bisa berubah, dan hal ini bisa memicu perubahan budaya.”

Seringai dan para penggemarnya menunjukkan bahwa kritik atau protes terhadap pemerintah adalah faktor yang bisa mengubah lingkungan politik dan, pada gilirannya, mengubah wajah negara ini menjadi lebih baik.

Baca Juga: Liburan Anti Mainstream! Intip 3 Spot Instagramable di Banjarnegara dengan View Alam Kelas Dunia

Musik, yang merupakan simbol perlawanan, memiliki peran besar dalam menciptakan kesadaran sosial dan perubahan.

Persembahan Terakhir untuk Ricky Siahaan

Tur Seringai kali ini juga memiliki makna yang mendalam karena sekaligus menjadi perpisahan dengan salah satu anggota penting mereka, Ricky Siahaan, sang gitaris.

Ricky yang baru saja meninggal dunia pada 19 April 2025 di Jepang setelah menyelesaikan tur "Seringai Wolves of Asia" meninggalkan warisan musikal yang menginspirasi banyak musisi Indonesia.

Baca Juga: Bau Limbah Kimia Menyengat, Dinas Lingkungan Hidup Tegur Elnusa Petrofin

Kehilangan Ricky sungguh menjadi duka mendalam bagi para penggemar dan dunia musik Indonesia.

Rest in peace, Ricky, riffmeister!

Kehadiran Seringai di Taiwan bukan sekadar konser biasa, melainkan sebuah momentum untuk menunjukkan bahwa musik, khususnya metal, tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga bisa menjadi alat untuk menyampaikan pesan kritis kepada pemerintah.

Dalam setiap konsernya, Seringai membuktikan bahwa musik adalah simbol perlawanan yang bisa memperjuangkan hak-hak rakyat, tidak peduli di mana pun kita berada.***