ekonomi

Setahun Era Prabowo, Prof Ferry Kritisi Purbaya, Khawatir Q3 Tahun Depan Tak Ada Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:23 WIB
Ekonom senior Prof Ferry Latuhihin. (KONTEKS.CO.ID/Ist)
 
KONTEKS.CO.ID – Ekonom senior Prof Ferry Latuhihin khawatir jangan-jangan tidak ada pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga (Q3) tahun depan. 
 
"Saya malah bilang, ini jangan-jangan kuartal tiga tahun depan zero growth and you should be cautious. Kenapa? Zero growth Indonesia, bos. Ini Konoha bisa jadi Nepal," katanya dalam diskusi "Evaluasi Setahun Ekonomi Era Prabowo: Potensi Krisis, Tantangan, dan Peluang" di Jakarta, Rabu, 15 Oktober 2025.
 
Prof Ferry menyampaikan pernyataan tersebut menanggapi berbagai kebijakan Menteri Purbaya Yudhi Sadewa, di antaranya menaikkan suku bunga deposito Dolar AS.
 
Baca Juga: Setahun Era Prabowo: Prof Ferry: Benahi BUMN, Rangsang Investasi Asing, dan Pertumbuhan Tak Rusak Lingkungan
 
Ia mengatakan, dari awal ingin bertanya saat Purbaya ditunjuk menjadi menkeu, apakah dia paham ekonomi atau tidak. "Menurut saya enggak," ucapnya.
 
Ia menilai Purbaya tidak paham ekonomi bukan karena latar belakang pendidikanya dari teknik.  
 
"Bukan, bukan, saya tidak peduli. Tidak semua orang background-nya teknik, lantas dia tidak paham ekonomi," ucapnya.
 
Baca Juga: Setahun Era Prabowo. Prof Ferry: Tiga Hal Harus Dibenahi
 
Prof Ferry menyampaikan, ibunya yang tidak sekolah teknik, namun rupanya paham juga kalau suku bunga Dolar dinaikan orang akan beralih dari Rupiah ke Dolar. Ia menilai aneh Purbaya malah menaikkan bunga deposito Dolar.
 
"Ini kan against the law micro economic rule," tandasnya. 
 
Prof Ferry mencoba mengikuti logika sang jenderal bidang keuangan anyar ini. Menurutnya, mungkin dalam pikiran Purbaya, itu supaya tidak terjadi larinya modal (capital flight) sehingga suku bunga deposito Dolar di Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI harus dinaikkan.
 
Baca Juga: Setahun Era Prabowo, Pemerintah Bukan Hanya Beri Stimulus Kelas Menengah
 
Ia menegaskan, ketika konversi Rupiah ke Dolar itu malah menyebabkan terjadinya perpindahan kapital dari Rupiah ke Dolar.
 
"Itu adalah capital flight, you exit from Rupiah ke Dolar. Itu adalah kapital karena extension ini kan naik dan kita tidak mengenal capital control. Kita free from capital, rezim devisa bebas," tandasnya.
 
Menurut Prof Ferry, kebijakan tersebut nerupakan cara pikir primitif bahwa capital flight ini mungkin modalnya dibawa langsung dari Jakarta ke Singapura. "Enggak usah," ucapnya.***

Tags

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB