KONTEKS.CO.ID - Sejumlah investor kelas kakap dunia terdeteksi ramai-ramai memborong saham di sektor pertahanan dan energi nuklir, sebuah pergerakan yang oleh para analis diartikan sebagai sinyal bahwa kondisi geopolitik global sedang tidak baik-baik saja.
Founder Akademi Crypto, Timothy Ronald juga mengaku mulai mengikuti jejak tersebut. Dia mengalokasikan sebagian kecil portofolionya ke sektor-sektor ini.
Dalam sebuah diskusi yang ditayangkan di kanal YouTube miliknua pada Kamis, 9 Oktober 2025, Timothy menyatakan ada tiga Exchange-Traded Fund (ETF) dengan performa terbaik selama tiga tahun terakhir yakni, gold miner (penambang emas), teknologi pertahanan, dan uranium.
Baca Juga: Rupiah Kembali Loyo Jelang Akhir Pekan, Tanda Awal Tekanan Baru dari Dolar AS?
"Ini udah nggak ada yang bagus nih. Kalau tiga ini naikin udah nggak ada yang bagus," ujarnya, mengisyaratkan bahwa kenaikan sektor-sektor ini mencerminkan meningkatnya ketakutan dan ketidakpastian di tingkat global.
Timothy mengkategorikan investasi pada sektor pertahanan dan uranium ini sebagai bagian dari alokasi spekulatif dalam portofolionya.
Ia menjelaskan, kerangka investasinya yang utama dan lebih aman terdiri dari 30 persen di Bitcoin, 30 persen di emas, dan 30 persen dalam bentuk tunai (USD). Sisanya, 10 persen untuk investasi berisiko tinggi seperti ini.
"Ini namanya nakal nih, jadi nggak masalah kalau misalnya itu turun-turun sedikit," jelasnya, menekankan bahwa investasi ini menggunakan porsi modal yang sangat kecil dan siap menghadapi risiko.
Baca Juga: Ramai di Medsos, Lender Keluhkan Gagal Bayar Miliaran Rupiah di Fintech P2P Dana Syariah Indonesia
Pemicu utama dari tren investasi ini, menurutnya, adalah kenaikan harga emas yang ekstrem.
Mengutip pandangan investor kawakan Ken Griffin dari Citadel, Timothy menyoroti hal tersebut sebagai cerminan ketakutan para bankir sentral.
"Artinya apa? Bank Sentral tuh takut sama USD," tegasnya. "Kalau bank sentral takut sama the biggest reserve currency di dunia itu biasanya bau-baunya tuh ketegangan geopolitik," jelasnya.
Kekhawatiran inilah yang mendorongnya untuk mulai masuk ke ETF di sektor pertahanan, yang berisi saham-saham produsen senjata seperti Lockheed Martin, serta ETF uranium.
Baca Juga: Tawarkan Harga Premium, Valuasi IPO Superbank Disebut Setara Raksasa Perbankan BCA