KONTEKS.CO.ID - Emas lagi-lagi jadi bintang di pasar global. Pekan lalu, harga emas naik sekitar 3,5-4 persen dan ditutup di USD3.908,90 per ons untuk kontrak Desember 2025 pada Jumat 3 Oktober 2025.
Bahkan, sempat sentuh rekor USD3.923,30 pada Kamis kemarin. Hari ini, Senin 6 Oktober 2025, spot gold masih kuat di USD3.904,01, naik tipis 0,45 persen dari sesi sebelumnya.
Tapi, jangan santai dulu, analis bilang pekan ini bakal penuh drama, dengan gejolak tinggi gara-gara isu politik dan moneter AS. Investor lagi mata-matai segala gerak, dari RUU anggaran sampai omongan bos Fed.
Baca Juga: Biodata Karlinah Umar Wirahadikusumah, Istri Mantan Wapres, Berpulang di Usia 95 Tahun
Faktor Utama yang Bikin Harga Emas Bergoyang Pekan Ini
Yang bikin deg-degan, pergerakan harga emas dunia bakal tergantung RUU pendanaan pemerintah AS.
Kalau gagal lolos, bisa picu shutdown AS lagi, pertama kalinya dalam tujuh tahun, yang bikin data ekonomi tertunda, seperti laporan gaji non-pertanian.
Ini langsung tekan dolar AS, yang biasanya dorong emas naik sebagai lindung nilai.
Tambah lagi, data tenaga kerja minggu depan jadi sorotan, plus rilis risalah rapat FOMC Fed pada Kamis, 9 Oktober 2025. Volatilitas diprediksi naik, dengan aksi ambil untung diikuti beli baru.
Data minggu ini memang minim, tapi cukup buat pasar panas. Investor khawatir penundaan info ekonomi bikin visibilitas prospek AS kabur, tambah tekanan ke greenback.
Belum lagi, spekulasi penurunan suku bunga Fed akhir bulan ini yang bisa bikin emas makin kinclong.
Pranav Mer, Wakil Presiden riset komoditas di JM Financial Services, yakin emas bakal lanjut reli.
"Komentar resmi Federal Reserve akan diawasi ketat dengan pidato Ketua Fed Jerome Powell pada hari Kamis," katanya.
Menurut Mer, kenaikan pekan lalu didorong dolar lemah dan kekhawatiran shutdown, plus harapan rate cut Fed.