KONTEKS.CO.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih belum menunjukkan tanda pemulihan signifikan.
Pada perdagangan awal pekan, Senin, 22 September 2025, rupiah ditutup melemah tipis 0,06% ke level Rp16.612,50 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah bergerak di kisaran Rp16.600–Rp16.660 sepanjang hari, mencerminkan tren fluktuatif yang masih menekan pasar.
Baca Juga: Prabowo Berikan Bintang Jasa Utama ke Bill Gates, Ini Alasannya
Rupiah Terkoreksi, Mata Uang Asia Ikut Tertekan
Kondisi rupiah sejalan dengan pergerakan sejumlah mata uang Asia lain yang ikut melemah.
Yen Jepang terkoreksi 0,11%, dolar Singapura turun 0,02%, dolar Taiwan turun 0,13%, rupee India melemah 0,12%, dan ringgit Malaysia terkoreksi 0,03%.
Namun, tidak semua mata uang bernasib sama.
Baca Juga: Danantara Bakal Jalin Kerja Sama dengan Bill Gates di Tiga Bidang, Ada Dana Awal 100 Juta Dolar
Beberapa justru menguat, seperti baht Thailand yang naik 0,14%, yuan China 0,02%, won Korea Selatan 0,28%, peso Filipina 0,13%, dan dolar Hong Kong 0,06%.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa tekanan tidak merata, tergantung sentimen pasar masing-masing negara.
Faktor Eksternal: Geopolitik dan The Fed Masih Jadi Sorotan
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa pelemahan rupiah dipengaruhi oleh dua faktor utama, kondisi global dan sentimen domestik.
Dari luar negeri, isu geopolitik seperti serangan Rusia ke Ukraina hingga dinamika sidang umum PBB masih menjadi faktor yang menekan kepercayaan pasar.
Ibrahim menilai, langkah The Fed juga menjadi kunci.