KONTEKS.CO.ID - Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan terkini indikator stabilitas nilai tukar Rupiah pada pekan pertama September 2025.
Rupiah masih mengalami tekanan di tengah dinamika global maupun domestik.
Pada penutupan perdagangan Rabu lalu, Rupiah berada di level Rp16.410 per USD.
Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun tercatat naik menjadi 6,38 persen.
Sementara, indeks dolar AS (DXY) menguat ke posisi 98,14. Di sisi lain, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury Note tenor 10 tahun turun ke level 4,217 persen.
Memasuki perdagangan Kamis kemarin pagi, Rupiah kembali dibuka melemah ke posisi Rp16.430 per dolar AS.
Namun, yield SBN 10 tahun tercatat sedikit turun ke level 6,35 persen.
BI juga mencatat premi credit default swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun per 3 September 2025 berada di level 71,57 basis poin.
Baca Juga: BI Targetkan Rupiah Menguat ke Rp16.300 per USD
Angka ini meningkat dibanding posisi 29 Agustus 2025 yang sebesar 69,52 basis poin.
Dari sisi aliran modal asing, pada periode 1–3 September 2025, investor nonresiden mencatat jual neto senilai Rp16,85 triliun.
Nilai tersebut terdiri dari jual neto Rp3,87 triliun di pasar saham, Rp7,69 triliun di pasar SBN, dan Rp5,29 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).