KONTEKS.CO.ID – PT Kereta Api Indonesia (Persero) merasakan pahitnya royek Kereta Cepat Jakarta Bandung, Whoosh.
Kinerja perseroan menjadi berdarah-darah karena harus menanggung beban utang proyek kebanggaan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini.
Menurut Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Bobby Rasyidin, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh layaknya bom waktu.
Baca Juga: BNPB Kerahkan Personel ke Karawang Bantu Penangan Darurat Pascagempa M 4,9 Bekasi
Untuk itu, KAI akan berkoordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) terkait masalah tersebut.
Bobby sendiri mengaku masih memerlukan waktu untuk mengungkap berbagai permasalahan dalam tubuh perusahaan yang baru disebutnya itu. Sekadar catatan, ia baru menjabat sebagai Dirut KAI pada 12 Agustus 2025 kemarin.
Satu di antaranya, mengenai beban dari megaproyek yang dibawahi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Baca Juga: Tim Robotika ITS Catat 16 Prestasi Mengagumkan di FIRA Roboworld Cup 2025 Korea Selatan
"Kami (direksi) optimistis dalam satu pekan ke depan dapat memahami segala permasalahan yang ada di KAI ini. Terutama, kami dalami juga persoalan KCIC yang seperti yang disampaikan tadi memang ini bom waktu (untuk KAI)," ungkap Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu 20 Agustus 2025.
Sayangnya ia tak menjelaskan bom waktu yang dimaksudnya itu. "Jadi kami bakal berkoordinasi dengan Danantara guna menyelesaikan KCIC ini," tandasnya.
Berdasarkan paparannya di hadapan anggota Dewan, serapan kerugian KAI dari proyek Whoosh pada Semester I-2025 mencapai Rp1,24 triliun. Jumlah ini lebih rendah dari penyerapan kerugian yang timbul di Semester I-2024 yakni senilai Rp1,81 triliun.
Baca Juga: Begini Cara Cek Usulan PPPK Paruh Waktu Tahun 2025
Sementara, usulan restrukturisasi Proyek Strategis Nasional (PSN) KCJB menjadi salah satu program andalan Bobby dalam mengendalikan KAI. ***