"Kolaborasi dan komunikasi terbuka itu kunci agar konsumen dan UMKM tidak terbebani berlebihan," ujarnya.
Baca Juga: Kasus Beras Oplosan BUMD: DPRD DKI Desak Direksi Baru yang Punya Integritas dan Akuntabilitas Tinggi
idEA juga mengimbau agar platform tak cuma ambil untung, tapi juga tetap bantu seller bertahan. Program insentif dan promosi jadi salah satu cara agar belanja online tetap diminati.
Pihak platform sendiri berharap biaya ini jadi investasi jangka panjang. "Perluasan program ongkir akan memberi manfaat bagi seller, dengan visibilitas dan penjualan yang lebih luas," tulis pernyataan Tokopedia-TikTok Shop.
Transaksi Meningkat, Tapi Beban Juga Bertambah
Biaya ini dikenakan per pesanan yang berhasil dikirim, bahkan jika ada retur barang, biaya tetap tak dikembalikan. Model ini menimbulkan pertanyaan soal fairness di mata seller.
Baca Juga: Bebas Berkat Abolisi, Tom Lembong Tetap Gugat Hakim karena Dinilai Langgar Prinsip Hukum
Dengan kebijakan baru ini, seller UMKM dituntut makin adaptif. Mulai dari efisiensi operasional, pengelolaan harga, hingga cara menarik pelanggan lewat promosi kreatif.
Yang jelas, industri e-commerce Indonesia tengah memasuki fase baru. Bukan cuma soal harga murah, tapi juga soal strategi bertahan hidup di tengah tekanan biaya dan ekspektasi konsumen.***