KONTEKS.CO.ID - Ekonomi Jerman kembali diguncang krisis. Data yang dirilis lembaga pemeringkat ekonomi Creditreform mengungkapkan bahwa sebanyak 11.900 perusahaan dinyatakan bangkrut selama paruh pertama tahun 2025.
Angka ini melonjak 9,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadikannya sebagai salah satu gelombang kebangkrutan terbesar dalam satu dekade terakhir di negara ekonomi terbesar Eropa tersebut.
“Jerman tetap berada dalam krisis ekonomi dan struktural yang mendalam,” ujar Patrik-Ludwig Hantzsch, Kepala Ekonom Creditreform, dalam pernyataan resminya, mengutip TRT World, Selasa 1 Juli 2025.
Baca Juga: Parenting Cerdas di Era Serba Cepat, Tantangan dan Solusinya
Ia menyebutkan, peningkatan angka kebangkrutan ini mencerminkan tekanan akut yang dihadapi sektor usaha akibat kombinasi beberapa faktor.
Seperti melemahnya permintaan domestik dan ekspor, biaya energi dan bahan baku yang meningkat, serta kesulitan akses pembiayaan.
Krisis Likuiditas dan Keterbatasan Akses Kredit
Menurut Hantzsch, banyak perusahaan yang kini berada dalam kondisi likuiditas yang kritis karena cadangan keuangan mereka telah habis terkuras untuk bertahan selama masa krisis. “Kredit menjadi makin sulit didapatkan. Lembaga keuangan semakin ketat dalam memberikan pinjaman karena meningkatnya risiko gagal bayar,” katanya.
Sejak pandemi COVID-19 hingga krisis geopolitik Ukraina-Rusia, ekonomi Jerman terus terpukul. Berbagai stimulus dan program pemulihan belum menunjukkan hasil signifikan.
Baca Juga: Ini Cara PSG Bantu Lyon Hindari Degradasi
Bahkan, data terbaru memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jerman masih berada pada zona negatif selama delapan kuartal berturut-turut, atau secara teknis sudah berada dalam kondisi resesi.
Dampak Meluas ke Tenaga Kerja
Gelombang kebangkrutan ini bukan hanya berdampak pada iklim usaha, tapi juga memukul keras sektor ketenagakerjaan. Creditreform mencatat bahwa sekitar 141.000 pekerja terdampak langsung, baik melalui pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun pengurangan jam kerja. Angka ini naik 6% dibandingkan tahun lalu.
"Mayoritas PHK berasal dari sektor industri besar, seperti manufaktur otomotif, tekstil, hingga konstruksi, yang sebelumnya menjadi tulang punggung ekonomi nasional," ungkap laporan tersebut.
Pemerintah Jerman pun menghadapi tekanan untuk memperkuat sistem jaminan sosial karena lonjakan permintaan bantuan pengangguran dan subsidi kebutuhan dasar.