KONTEKS.CO.ID – Rupiah kembali berada di bawah tekanan pelemahan yang kuat dalam perdagangan hari ini, Selasa 21 Mei 2024. Ini menyusul pernyataan-pernyataan yang semakin hawkish dari para pejabat Federal Reserve.
Sentimen bearish semakin menguat, mengindikasikan mata uang Indonesia, rupiah ini akan terus terdepresiasi menjelang rilis risalah rapat bank sentral pada Kamis pekan ini.
Di pasar offshore, kontrak rupiah NDF (Non-Deliverable Forward) terus melemah, bergerak ke kisaran Rp16.025-Rp16.041/USD. Level tersebut menunjukkan kelemahan dibandingkan dengan penutupan spot kemarin di Rp15.978/USD.
Pada pembukaan perdagangan di Asia hari ini, mata uang-mata uang lain juga mengalami pelemahan, termasuk won Korea, yuan China, dan baht Thailand.
Ini mengisyaratkan rupiah kemungkinan akan terus terdepresiasi ke kisaran Rp16.000-an/USD.
Para gubernur The Fed telah menyampaikan sejumlah pernyataan yang memperkuat ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Amerika.
Gubernur Fed Cleveland Loretta Mester menyatakan kebijakan saat ini sudah cukup restriktif. Namun The Fed membutuhkan lebih banyak bukti laju inflasi sudah menurun sebelum meninjau kembali kebijakan bunga acuan.
Selain itu, Mester juga menyatakan tiga kali penurunan suku bunga seperti yang direncanakan dalam dot plot Desember lalu, tidak lagi relevan untuk tahun ini.
Vice Chair Federal Reserve Philip Jefferson mengatakan data inflasi April menunjukkan kekuatan, namun masih terlalu dini untuk menyatakan The Fed sudah keluar dari tantangan inflasi.
Sementara itu, Gubernur The Fed Christopher Waller menekankan pentingnya memperhatikan peran dolar AS dalam perekonomian global.
Michael Barr, Vice Chair Supervision The Fed, sebelumnya juga menyatakan bank sentral akan mendorong bank-bank besar untuk mempertahankan cadangan dana yang besar guna mengantisipasi ketidakpastian likuiditas.
Pernyataan-pernyataan tersebut telah memberikan penguatan tambahan pada dolar AS, yang menguat semalam dan terus menguat hari ini di level 104,60. Yield Treasury, yang mengukur imbal hasil surat utang AS dengan tenor 10 tahun, juga terus naik dan saat ini berada di 4,439%.
Di sisi lain, indeks saham di Wall Street sedang mengalami kenaikan dengan para investor menantikan laporan keuangan dari Nvidia.
Di dalam negeri, Bank Indonesia akan memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan hari ini dan akan mengumumkan hasilnya pada Rabu esok.
Hasil konsensus para analis yang dihimpun Bloomberg memperkirakan BI akan mempertahankan bunga acuan, BI rate, di level 6,25%.
Proyeksi perekonomian Indonesia untuk tahun 2025 menunjukkan kelemahan yang semakin bertambah, sesuai dengan kerangka makro yang diajukan pemerintah di parlemen.
Rancangan APBN tahun 2025 menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1%-5,5%, yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya antara 5,3%-5,6%.
Sementara itu, inflasi diproyeksikan berada di kisaran 1,5%-3,5%, dan pergerakan rupiah diperkirakan berkisar antara Rp15.300-Rp16.000/USD. Pemerintah juga menargetkan defisit APBN 2025 antara 2,45%-2,82% dari PDB.
Untuk tahun 2025, tingkat imbal hasil surat berharga negara diperkirakan akan berada di kisaran 6,9%-7,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini di kisaran 6,7%.
Sebelumnya, Bank Indonesia juga mengumumkan data Neraca Pembayaran yang mencatat defisit pada kuartal pertama 2024 sebesar US$5,97 miliar, jauh lebih buruk daripada surplus pada kuartal terakhir 2023 yang mencapai USD6,3 miliar.
Adapun transaksi berjalan (current account) juga mengalami defisit sebesar USD2,2 miliar atau setara dengan 0,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Nilai defisit tersebut lebih besar dari perkiraan pasar yang memprediksi di kisaran USD1,86 miliar, dan jauh lebih besar dari defisit pada kuartal terakhir 2023 yang mencapai USD1,12 miliar.
Dari segi analisis teknikal, rupiah berpotensi untuk melemah lebih lanjut dengan target koreksi menuju level Rp16.000/USD, yang merupakan support terdekat sebelum terjadi penembusan support psikologis.
Jika level ini ditembus, rupiah berpotensi melemah lebih lanjut ke level Rp16.050/USD. Namun, jika rupiah mampu bertahan dan menguat, ada level resistance yang perlu diperhatikan di Rp15.950/USD dan selanjutnya di Rp15.920/USD.
Dalam jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi penguatan kembali ke level Rp15.900/USD.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"