KONTEKS.CO.ID – Pada hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengindikasikan potensi untuk melonjak kembali ke level Rp16.000 setelah sebelumnya mengalami pelemahan pada sesi perdagangan sebelumnya.
Pergerakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS ini sejalan dengan penguatan greenback yang teramati.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mata uang rupiah kemungkinan akan berfluktuasi namun menguat di kisaran Rp16.000 hingga Rp16.080 per dolar AS pada penutupan hari ini.
Analisis pasar saat ini menyoroti komentar pejabat The Fed terkait kebijakan suku bunga, terutama setelah data nonfarm payrolls yang rilis lebih lemah dari perkiraan.
Hal ini memicu spekulasi bahwa bank sentral AS dapat menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Namun, ekspektasi ini belum memberikan dukungan signifikan terhadap mata uang Asia, mengingat perkiraan bahwa The Fed kemungkinan baru akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September mendatang.
Sementara itu, pasar juga menunggu data terkait inflasi Jepang dan pertumbuhan upah yang harapannya dapat memberikan petunjuk mengenai langkah yang akan Bank of Japan (BOJ) ambil terkait kebijakan suku bunga.
Di sisi dalam negeri, laporan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengenai posisi utang pemerintah menunjukkan tren penurunan hingga mencapai Rp8.262,10 triliun pada akhir Maret 2024, setara dengan 38,79% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Meskipun demikian, rasio utang tersebut masih berada di bawah batas aman sebesar 60% PDB sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Bahkan, posisi ini juga lebih baik daripada target Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah tahun 2024-2027 yang ditetapkan di kisaran 40%.
Mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri, mencapai proporsi sebesar 71,52%, sesuai dengan kebijakan pembiayaan untuk mengoptimalkan sumber dana domestik.
Sementara itu, instrumen utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN), dengan mayoritas kepemilikan SBN domestik oleh lembaga keuangan seperti perbankan dan perusahaan asuransi.
Bank Indonesia juga memegang sebagian kepemilikan SBN domestik untuk keperluan pengelolaan moneter.
Dari perspektif perdagangan, rupiah ditutup melemah sebesar 20,50 poin atau 0,13% menjadi Rp16.046 per dolar AS, sementara indeks dolar AS menguat 0,14% ke posisi 105,19.
Secara serentak, mata uang lain di Asia mayoritas mengalami pelemahan, termasuk yen Jepang, won Korea, yuan China, peso Filipina, dan baht Thailand.
Dengan berbagai faktor fundamental baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Pasar kemungkinan akan tetap mengalami fluktuasi dalam beberapa waktu ke depan.Pelaku pasar terus memantau perkembangan kondisi ekonomi global serta kebijakan moneter bank sentral utama, termasuk The Fed dan Bank of Japan.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"