KONTEKS.CO.ID – Rupiah kembali terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Ini menyusul rilis data Purchasing Managers Index (PMI) China yang menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan.
Selain itu juga akibat sikap menunggu yang para pelaku pasar ambil.
Pada hari ini, Selasa, 30 April 2024, rupiah dibuka melemah 0,15% di angka Rp16.255/USD menurut data dari Refinitiv.
Pelemahan ini memperpanjang tren pelemahan rupiah sejak 25 April 2024.
Sementara itu, indeks DXY pada pukul 09:02 WIB naik ke angka 105,78 atau menguat 0,2%, melampaui penutupan sebelumnya yang berada di angka 105,58.
Pelemahan rupiah terjadi setelah dirilisnya data PMI China oleh National Bureau of Statistics of China (NBS) yang menunjukkan angka yang lebih rendah dari periode sebelumnya.
PMI manufaktur China berada di angka 50,4, sementara PMI non-manufaktur China turun ke angka 51,2.
Meskipun data ini menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur dan non-manufaktur China masih tumbuh, namun cenderung mengalami penurunan.
Selain itu, para pelaku pasar juga menunggu data suku bunga yang akan The Fed rilis pada pertengahan pekan ini.
Kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga yang tinggi, mengingat data ekonomi AS masih solid.
Salah satunya adalah angka inflasi AS periode Maret yang mencapai 3,5% (year on year/yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya yang berada di angka 3,2% yoy.
Jika The Fed memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga, maka indeks DXY masih akan tetap tinggi. Ini berpotensi meningkatkan tekanan terhadap rupiah.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"