• Minggu, 21 Desember 2025

Ini Dalil Aktivis Sebut Sikap Purbaya Tepat Tolak Bayar Utang Kereta Cepat Whoosh

Photo Author
- Selasa, 14 Oktober 2025 | 16:03 WIB
Pemerintah percepat pembangunan akses jalan Stasiun Whoosh Karawang, Jawa Barat (Foto: AFP)
Pemerintah percepat pembangunan akses jalan Stasiun Whoosh Karawang, Jawa Barat (Foto: AFP)

KONTEKS.CO.ID – Aktivis dan Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, menilai sikap Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa, menolak membayar utang Kereta Cepat Whoosh sejumlah Rp118 triliun. 

"Pola komunikasi to the point itu menarik karena menunjukkan semacam kejujuran, nalar dari seorang Purbaya," kata Ubedilah dilansir dari siniar Forum Keadilan Tv pada Selasa, 14 Oktober 2025.

 Meski demikian, Ubedilah menggarisbawahi bahwa bukan berarti utang itu tepat atau tidak tepat kalau dibayar menggunakan dana dari APBN.

 
"Saya kira logis begitu, karena awal mula, kereta cepat ini dibangun itu bukan atas inisiatif penggunaan APBN ya, di dalam proses negosiasinya," ucap dia.
 
Menurut dia, negosiasi awalnya, skema dari proyek tersebut adalah business to business antara perusahaan China dengan BUMN Indonesia.
 
"Kemudian disebut dengan konsorsium antara lembaga bisnis Indonesia dengan lembaga bisnis China. Kereta Cepat Indonesia Cina PT KCIC," katanya.
 
Ubedilah menegaskan, dengan demikian maka Kereta Cepat Whoosh ini adalah urusan lembaga bisnis antarnegara. Dengan demikian, maka BUMN yang harus membayar utang tersebut kepada China Development Bank.
 
 
"Itu memang tanggung jawab dari  BUMN kita," ucapnya.
 
Ia melanjutkan, karena BUMN sudah dijadikan satu, yakni Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia), maka Danantara yang wajib membayar utang tersebut.
 
"Karena Danantara juga dapat dividen ya di situ, yang didapatkan dari konsorsium BUMN itu," tandasnya. 
 
Menurut Ubedilah, dengan demikian, pernyataan Purbaya menolak membayar utang Whoosh sangat masuk akal. Namun yang muncul di publik, kesannya terjadi pertentangan antara Purbaya dan Danantara.
 
 
Terlepas dari itu, lanjut Ubedilah, utang ini sangat berbahaya dalam konteks negara. Karena bagaimana sebuah proyek era Jokow Widodo (Jokowi) tersebut dijadikan sebagai proyek strategis nasional (PSN).
 
"Kemudian berujung kepada beban utang yang sangat berat," ucapnya.
 
Ia mengunglapkan, sudah mempunya utang lebih dari Rp100 triliun, kemudian Whoosh ini terus mengalami kerugian yang sangat besar, yakni sekitar Rp4,1 triliun per tahun.
 
"Ini sebenarnya bisnis yang enggak masuk akal. Makanya waktu itu saya termasuk yang menolak, ini bukan sekala prioritas, rugi," tandasnya.***

 

 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X