KONTEKS.CO.ID – Raksasa sepatu global Nike tengah menghadapi tekanan setelah pendapatan perusahaan merosot dalam beberapa kuartal terakhir.
Elliott Hill, mantan eksekutif senior, kembali menjabat CEO dan mengusung strategi pemasaran “Win Now” untuk mengembalikan momentum.
Meski saham Nike sudah pulih sekitar 30 persen, analis menilai pertumbuhan baru akan muncul paling cepat paruh kedua tahun depan.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Jadikan 481 Ribu Hektare Hutan Papua Jadi Kawasan Food Estate
Namun, produsen alas kaki dari Taiwan tetap pesimistis karena ada sokongan merek seperti On Running dan Hoka yang sedang naik daun.
Kemudian pemain lama seperti Asics serta New Balance berhasil memperbarui citra mereka.
Namun, volume pesanan dari merek-merek baru itu masih jauh lebih kecil dibandingkan order Nike.
Baca Juga: Honor Magic 8 vs Xiaomi 17 Pro: Siapa Terbaik di AnTuTu?
“Indikator terbesar bagi industri alas kaki Taiwan adalah pangsa pasar Nike,” kata Jim Chen, CEO King Steel Machinery Co. Ltd.
Menurutnya, arah pasar global masih sangat ditentukan performa Nike.
Di Amerika Serikat, penjualan sepatu lesu, sehingga banyak merek enggan menaikkan harga.
Baca Juga: Marak Keracunan, MBG Dinilai Lebih Efektif Dikelola Komite dan Kantin Sekolah, Ini Keunggulannya
Bahkan ada diperkirakan pendapatan bisa turun hingga 20 persen tahun depan.
Nike sendiri memangkas pesanan, sementara Adidas, Puma, dan Skechers menekan pemasok untuk memotong harga 5–10 persen.
Artikel Terkait
Sedih! Nike PHK 740 Karyawan di AS
Rumah Sahroni Dijarah Massa, Mainan Bearbrick Rp131 Juta hingga Sepatu Olahraga Dicuri
Viral Ojol Sepatu Air Jordan Temui Wapres Gibran di Istana, Buka Suara soal Isu Polisi Menyamar
Tas Louis Vuitton dan Sepatu Manolo Blahnik Kahiyang Ayu Jadi Sorotan Warganet
Perjanjian Dagang UE dan Indonesia Buka Potensi Rp5,7 Triliun Industri Olahraga Eropa, Adidas dan Nike Girang