Ia berharap Washington akan mempertimbangkan kembali, seraya menunjukkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mendorong tarif nol untuk produk yang tidak diproduksi di dalam negeri.
Ia yakin kualitas kopi Indonesia khususnya arabika dari Sumatra, yang menjadi andalan bagi perusahaan pemanggang kopi di AS, akan membuat pembeli Amerika tetap kembali, bahkan dengan adanya tarif baru ini.
"Mereka akan tetap membayar pajak itu karena tidak bisa mengganti rasa dan kualitas yang kami hasilkan," katanya.
Baca Juga: Indonesia Ekspor 8 Ton Kopi Hasil Pemberdayaan Masyarakat di Sumatra Barat ke Dubai
Meskipun tarif ini bisa menaikkan harga bagi konsumen Amerika, Pranoto percaya keunggulan kompetitif Indonesia akan meredam dampak pada petani dan eksportir lokal.
"Ini lebih menjadi masalah bagi mereka daripada bagi kami," ujarnya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kopi Indonesia melonjak 76,33 persen pada 2024 menjadi USD1,6 miliar.
AS adalah pasar utama, diikuti Mesir, Malaysia, dan Belgia.
Ekspor ke AS naik dari 36,6 juta ton pada 2023 menjadi 44,3 juta ton tahun lalu, dengan nilainya naik dari US215,5 juta menjadi USD307,4 juta.***
Artikel Terkait
Memahami Pasar Kopi Dunia, Indonesia adalah Pemain Besar Robusta
Cemburu! Pemuda di Jambi Dibunuh Kekasih Sesama Jenis, Kopi Sianida Jadi Senjata Maut
Indonesia Ekspor 8 Ton Kopi Hasil Pemberdayaan Masyarakat di Sumatra Barat ke Dubai
Unboxing Souvenir Mewah Resepsi Pernikahan Luna Maya dan Maxime: Mesin Kopi hingga Skincare, Total Rp7 Miliar?