“Pertanyaannya adalah: bagaimana kita bisa meningkatkan produksi untuk menutup kesenjangan itu?" ujarnya.
"Kebijakan yang berfokus pada produksi akan mendorong agenda makroekonomi Nigeria menuju transformasi sejati,” katanya.
Adedipe menambahkan meski indikator ekonomi Nigeria menunjukkan kondisi campuran, ketangguhan dan kemajuan masih bisa diraih melalui reformasi yang berani dan keputusan ekonomi yang tepat.
“Inflasi turun ke angka 22,97 persen pada Mei 2025, naira menguat sedikit di pasar paralel, dan cadangan devisa relatif sehat di angka 37,47 miliar dolar AS, cukup untuk membiayai 8,39 bulan impor," katanya.
Baca Juga: Indonesia Tamu Kehormatan Pameran Investasi dan Perdagangan di Lanzhou China
"Namun pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 2,74 persen pada 2023, masih jauh dari cukup untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk."
"Oleh karena itu, diperlukan reformasi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melampaui angka tersebut,” tambahnya.
Staf Khusus Presiden Nigeria untuk Pengembangan Kewirausahaan, Chalya Shagaya, yang turut hadir, menekankan komitmen pemerintahan saat ini dalam membangun ekonomi yang tangguh.
Kemudian mendorong pertumbuhan berbasis kewirausahaan melalui kemitraan dengan sektor swasta dan lembaga seperti NICCI.***
Artikel Terkait
Indonesia Diperkirakan Masuk 30 Besar Negara dengan Pertumbuhan Perdagangan Tercepat dan Terbesar
Pltatform Perdagangan Kripto Mobee Gandeng Tether Hadirkan Aset Emas Digital XAUT di Indonesia
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Mei 2025 Tembus Rp69,6 Triliun, Kinerja Ekspor Meningkat
Prabowo Riang, PM Arab Saudi Sepakat Investasi Rp437,8 Triliun dan Memperluas Volume Perdagangan