BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin bulan lalu untuk menopang perlambatan ekonomi.
Namun, pemangkasan berturut-turut bisa menimbulkan persepsi prospek ekonomi memburuk.
Itu merupakan sesuatu yang ingin dihindari BI agar tidak memengaruhi sentimen pasar, termasuk tekanan terhadap rupiah.
Sejumlah ekonom juga mengingatkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat meningkatkan aversi risiko global.
Baca Juga: Apa Itu Suku Bunga Acuan? Pahami Pengaruhnya Biar Dompet Enggak Kaget!
Dengan begitu akan mendorong arus keluar modal dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia dan menekan nilai tukar rupiah.
Aversi adalah perasaan tidak setuju yang disertai dorongan untuk menarik diri atau menghindar.
Dari 28 responden yang memberi proyeksi lebih jauh, sebanyak 14 memperkirakan suku bunga akan turun ke 5,25 persen pada akhir kuartal ketiga.
Delapan ekonom memperkirakan suku bunga akan berada di 5,00 persen atau lebih rendah, sementara enam lainnya memprediksi tidak ada perubahan.
Perkiraan median menunjukkan suku bunga akan berada di level 5,00 persen pada akhir 2025, kendati belum ada pandangan mayoritas yang dominan.
“Kami masih melihat ruang bagi BI untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan, didukung pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi yang rendah, potensi penurunan suku bunga The Fed, serta sektor eksternal Indonesia yang cukup kuat,” ujar Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, seperti dikutip dari Reuters.***
Artikel Terkait
BI Ungkap Uang Primer Tumbuh Lebih Tinggi pada Mei, Tanda Likuiditas Ekonomi Membaik
BI Mengoptimalkan Strategi Bauran untuk Jaga Stabilitas Ekonomi Nasional