• Minggu, 21 Desember 2025

Ekspor Anjlok, Rupiah Goyang! Apindo: Kombinasi Masalah Ini Bikin Ekonomi Tambah Tertekan!

Photo Author
- Rabu, 14 Mei 2025 | 08:15 WIB
Apindo sebut perekonomian kuartal pertama tahun ini terasa makin menantang. (freepik/wirestock)
Apindo sebut perekonomian kuartal pertama tahun ini terasa makin menantang. (freepik/wirestock)

KONTEKS.CO.ID - Kalangan pengusaha menyuarakan kekhawatiran atas memburuknya kondisi ekonomi nasional.

Hingga kuartal I-2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat hanya 4,87 persen, terendah dalam lima kuartal terakhir.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai sederet masalah struktural dan teknis menjadi penyebab utama laju ekonomi tak kunjung menyentuh angka ideal 5 persen.

Baca Juga: Kebakaran di Cipinang, 65 Unit Damkar dan 90 Personel Dikerahkan untuk Padamkan Gudang Triplek Itu

“Perekonomian kuartal pertama tahun ini terasa makin menantang,” ujar Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, dalam Media Briefing Apindo di Jakarta, Rabu, 14 Mei 2025.

Daya Beli Jeblok Meski Ramadan

Shinta menyebut gejala paling mencolok terlihat dari melemahnya konsumsi rumah tangga, yang hanya tumbuh 4,89 persen, meskipun berada dalam periode Ramadan dan Lebaran yang biasanya menjadi pendorong belanja masyarakat.

“Ramadan tahun ini terasa berbeda. Pertumbuhan konsumsi yang biasanya jadi andalan, justru paling lemah sejak lima kuartal terakhir,” ujarnya.

Baca Juga: Cek Jadwal Penawaran SR022, Sukuk Ritel Siap Meluncur Usai SR021 Catat Rekor Rp24 T, Jangan Sampai Kelewatan

Fiskal Tak Ekspansif, Investasi Minim

Selain daya beli, belanja pemerintah juga tercatat kontraktif sebesar 1,38 persen. Padahal, di tengah perlambatan ekonomi, peran belanja negara seharusnya bisa menjadi peredam tekanan. Namun, pemerintah justru lebih berhati-hati dalam menjalankan kebijakan fiskalnya.

Sektor investasi pun tidak memberikan angin segar. Indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh 2,12 persen, pertumbuhan terendah dalam dua tahun terakhir. Apindo menilai kondisi ini disebabkan oleh sikap wait and see investor akibat transisi pemerintahan dan ketidakpastian global.

Masalah Struktural Masih Menghantui

Shinta juga menyinggung iklim investasi domestik yang belum kondusif. “Masih ada masalah mendasar seperti regulasi yang rumit, reformasi struktural yang lambat, serta biaya logistik yang tinggi,” katanya.

Baca Juga: Pebulu Tangkis Top Taiwan Chou Tien Chen Akui Sulit Kalahkan Ubed

Di lapangan, para pelaku usaha menghadapi ketidakpastian hukum, inefisiensi birokrasi, hingga gangguan keamanan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Ini memperkuat persepsi ekonomi biaya tinggi di Indonesia.

Tekanan dari sisi eksternal juga datang dari kinerja ekspor yang turun 7,53 persen secara tahunan. Hal ini dipicu penurunan harga komoditas global dan pelemahan permintaan dari mitra utama seperti Tiongkok dan Uni Eropa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X