KONTEKS.CO.ID - Kentang dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpotensi besar menjadi penopang industri pangan nasional.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari, menyampaikan komoditas ini juga berperan dalam mendukung program pemerintah.
Termasuk upaya pencapaian tujuan pembangunan melalui "Asta Cita".
“Kalau kita lihat di lapangan, produktivitas dan kualitas kentang masih menghadapi tantangan seperti serangan hama dan penyakit, perubahan iklim, dan lainnya,” ujar Puji, baru-baru ini.
Puji menjelaskan industri pangan berbasis kentang membutuhkan jenis umbi dengan karakteristik tertentu, berbeda dengan kentang konsumsi biasa.
Namun, hingga kini, kebutuhan kentang industri di Indonesia—baik dalam bentuk segar maupun olahan—masih banyak bergantung pada impor dari negara-negara lain.
Contohnya Belanda, Jerman, Amerika Serikat, Belgia, atau Kanada.
“Apalagi dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor, Indonesia harus bisa lebih mandiri," katanya.
"Kita perlu mengoptimalkan sumber daya manusia dan alam untuk menghasilkan varietas kentang unggul yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” dia menegaskan.
Selain tantangan dari sisi industri, Puji menyoroti perubahan iklim sebagai faktor lain yang turut mempersulit budidaya kentang.
Ketidakpastian musim, curah hujan yang tinggi dan tidak merata, serta peningkatan suhu permukaan menjadi penyebab meningkatnya risiko serangan penyakit tanaman.
“Penyakit seperti layu bakteri dan hawar daun (Phytophthora infestans) masih menjadi ancaman utama bagi para petani," kata Puji.
"Ini berdampak langsung pada hasil panen dan berujung pada penurunan produktivitas,” ujar Puji.***
Artikel Terkait
7 Resep Olahan Kentang untuk Diet, Sehat Mengenyangkan
Cara Membuat Perkedel Kentang yang Lezat dan Gurih