“Ujung-ujungnya truk menumpuk di jalan Pantura. Dan kalau biaya tol dinaikkan, industri juga teriak. Mereka tidak mau menanggung kenaikan itu,” tegas Mahendra.
Ia menambahkan, kondisi ini tidak hanya merugikan pelaku logistik dan industri, tapi juga operator jalan tol itu sendiri.
Baca Juga: Jasdi Tersangka Suap CPO, Hakim Anggota Kasus Tom Lembong Diganti
Sebab, semakin banyak truk yang menghindari tol, maka potensi pendapatan operator pun ikut berkurang, padahal mereka masih menanggung kewajiban pembayaran utang proyek pembangunan.
Sebagai solusi, ALI mengusulkan agar ada penyesuaian tarif untuk truk golongan II, III, dan IV disamakan dengan kendaraan golongan I atau pribadi.
Menurut Mahendra, langkah ini perlu dipertimbangkan sebagai kompromi untuk menekan biaya logistik nasional yang selama ini masih tergolong tinggi di kawasan ASEAN.
“Jumlah truk ini banyak. Kalau mereka tidak pakai tol, operator juga yang rugi. Jalan tol sepi, tapi arteri padat. Ini ironi dalam pembangunan infrastruktur kita,” katanya.
Baca Juga: Green Coffee, Superfood Baru untuk Urban Warrior Pegiat Hustle Culture
Pemerintah sendiri belum memberikan keterangan resmi soal respons atas keluhan ini.
Namun di tengah target efisiensi logistik nasional, tantangan pengendalian tarif tol akan terus menjadi sorotan, terutama bagi sektor-sektor industri yang bergantung pada distribusi darat. ***
Artikel Terkait
Hore! Gojek, Grab dkk Wajib Bayar THR Driver Ojol dan Kurir Logistik
Jualan Melempem, Tesla PHK Karyawan di China: Insinyur sampai Pekerja Logistik Dipecat
Cara Cek Tarif Tol dengan Google Maps: Mudah dan Tepat
Hore, Jasa Marga Diskon Tarif Tol 20 Persen Selama 8 Hari Menyambut Arus Mudik Lebaran 2025
Jasa Marga Diskon Tarif Tol 20 Persen untuk Trans Jawa dan Sumatera Mulai Hari Ini