KONTEKS.CO.ID - Pertarungan psikologis ala Perang Dingin antara Korea Utara dan Korea Selatan kembali memanas.
Pada Minggu, 21 Juli 2024, Korea Selatan mengklaim telah memperkuat siaran propaganda anti-Pyongyang melintasi perbatasan.
Mereka memperluas siaran pengeras suara di semua bagian utama perbatasan sepanjang 248 kilometer.
Hal itu mereka lakukan setelah Korea Utara meluncurkan lebih banyak balon yang diduga membawa sampah ke arah Korea Selatan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan melaporkan, balon-balon Korea Utara terbang pada Minggu pagi di utara Seoul setelah melintasi perbatasan.
"Tindakan militer Korea Utara yang meningkatkan ketegangan dapat menimbulkan konsekuensi kritis. Tanggung jawab atas situasi seperti ini sepenuhnya ada pada pemerintah Korea Utara," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Rincian mengenai perluasan operasi pengeras suara belum tersedia. Namun siaran terbaru Korea Selatan mencakup lagu-lagu K-pop, berita tentang pembawa obor anggota BTS, Jin, menjelang Olimpiade Paris, serta pembelotan diplomat senior Korea Utara baru-baru ini.
Siaran tersebut juga menyebutkan pekerjaan penanaman ranjau oleh tentara Korea Utara di perbatasan sebagai kehidupan yang mengerikan dan seperti budak.
Para ahli mengatakan siaran propaganda Korea Selatan dapat melemahkan semangat pasukan dan penduduk garis depan Korea Utara.
Itu menjadi berlawanan terhadap upaya Korea Utara untuk membatasi akses terhadap berita luar bagi 26 juta penduduknya.
Pejabat Korea Selatan sebelumnya mengatakan siaran dari pengeras suara mereka dapat menempuh jarak sekitar 10 kilometer (6 mil) pada siang hari dan 24 kilometer (15 mil) pada malam hari.
Penerbangan balon terbaru oleh Korea Utara pada hari Minggu adalah yang kesembilan sejak akhir Mei.
Korea Utara telah menerbangkan lebih dari 2.000 balon untuk menjatuhkan kertas bekas, potongan kain, puntung rokok, baterai bekas, dan bahkan kotoran ternak ke Korea Selatan.
Meski sejauh ini tidak menimbulkan kerusakan besar, tindakan ini menimbulkan keresahan di Korea Selatan.
Korea Utara mengatakan balon-balon tersebut diluncurkan sebagai respons terhadap aktivis Korea Selatan yang mengirimkan siaran politik ke Korea Utara melalui balon mereka sendiri.
Seperti siaran garis depan Korea Selatan, Korea Utara memandang aktivitas siaran sipil sebagai ancaman besar terhadap pemerintahan otoriter yang di bawah kepemimpinan Kim Jong Un.
Dalam sebuah pernyataan pekan lalu, adik perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, memperingatkan, sampah Korea Selatan harus siap membayar sangat mahal dan mengerikan atas aktivitas penyebaran siaran tersebut.***