digital

Revolusi Pendidikan: Anggaran Rp800 Miliar Deep Learning dan Koding-AI Langsung Masuk ke Sekolah

Kamis, 21 Agustus 2025 | 17:20 WIB
Anggaran Rp800 Miliar Deep Learning & Koding-AI (foto: Kemendikdasmen)

KONTEKS.CO.ID - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi menggelontorkan anggaran besar mencapai Rp750–800 miliar untuk mendukung program deep learning (pembelajaran mendalam) dan koding berbasis kecerdasan artifisial (AI).

Anggaran ini ditujukan untuk memperkuat literasi digital generasi muda Indonesia, sekaligus menjawab tantangan pendidikan di era teknologi yang semakin berkembang pesat.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikdasmen, Gogot Suharwoto menegaskan, dana tersebut dibagi rata untuk dua program unggulan, yakni pembelajaran mendalam dan koding-AI.

Baca Juga: Bank Jakarta Raih Tiga Penghargaan Digitalisasi Pasar Berkat Transaksi Non-tunai di Pasar Tradisional

"More or less sekitar Rp 750 miliar sampai Rp 800 miliar dibagi berdua, ada pembelajaran mendalam dan coding-KA (kecerdasan artifisial). Jadi 50-50," ujarnya usai menghadiri acara Peluncuran Nasional Program UOB My Digital Space bersama Ruangguru di Balai Sarbini, Jakarta Pusat, Rabu, 20 Agustus 2025.

Dana Langsung Masuk ke Rekening Sekolah

Berbeda dari mekanisme bantuan pendidikan biasanya, dana ini akan langsung ditransfer ke rekening sekolah.

Setelah diterima, sekolah diberi kewenangan untuk mengelola anggaran sesuai kebutuhan dalam tiga kategori pembelanjaan, yaitu:

- Pelatihan (training) untuk guru dan tenaga pendidik, karena perangkat teknologi sudah disediakan pusat.

- Pembelian dokumen pendukung seperti buku atau modul pembelajaran.

- Berlangganan konten pembelajaran digital, baik berbasis internet (plugged) maupun tanpa internet (unplugged).

Baca Juga: Pesona Frederik Kiran Soekarno Seegers, Cucu Bung Karno yang Viral di Instagram dan Tuai Banyak Komentar Warganet

Untuk sekolah yang berada di daerah dengan keterbatasan jaringan, sistem unplugged bisa diterapkan, di mana konten pembelajaran disimpan dalam media eksternal seperti USB flash drive.

Sedangkan bagi sekolah dengan akses internet memadai, dana dapat digunakan untuk berlangganan materi pembelajaran digital dari lembaga penyedia.

"Kita nggak ikut-ikut, tapi kita define (menjelaskan) di juknisnya apa yang bisa dibelanjakan, apa yang tidak bisa," jelas Gogot, yang juga pernah menjabat sebagai Atase Pendidikan di Kedutaan Besar Indonesia untuk Korea Selatan.

Halaman:

Tags

Terkini