KONTEKS.CO.ID - Presiden Xi Jinping dikudeta militer di bawah pimpinan Panglima Tentara China Jenderal Li Qiaoming. Sejatinya, industri teknologi Tiongkok di bawah rezim Jinping tumbuh signifikan.
Naiknya Xi Jinping ke tampuk kekuasaan terjadi pada saat pertumbuhan ekonomi China melambat dan meningkatnya kekhawatiran tentang ketergantungan negara itu pada teknologi asing. Menyusul beberapa tahun pertumbuhan yang didorong oleh stimulus setelah krisis keuangan global 2007–2008, ekonomi China mulai melambat dengan cepat.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melambat dari 10,6% pada 2011 menjadi 6,9% pada 2015. Para ekonom China mulai berbicara tentang "Normal Baru" yang akan membuat China bertransisi ke periode pertumbuhan yang lebih lambat secara permanen.
Kekhawatiran terkait adalah China akan jatuh ke dalam “perangkap pendapatan menengah”, sebuah istilah yang mengacu pada negara-negara berkembang pesat yang pertumbuhannya melambat ketika mereka mulai mencapai tingkat pendapatan menengah dan gagal beralih ke status pendapatan tinggi.
Pembuat kebijakan sangat fokus pada peran yang dimainkan oleh China dalam rantai nilai manufaktur global. China adalah bengkel manufaktur dunia, tetapi hanya menangkap sangat sedikit dari total nilai produk teknologi tinggi yang dihasilkannya karena ketergantungannya pada teknologi asing.
Contoh klasik adalah Apple iPhone, yang dirakit di China tetapi bergantung pada pemasok luar negeri untuk sebagian besar komponennya dan dirancang oleh insinyur Apple di California. Akibatnya, pemasok mereka hanya memperoleh 0,3% dari total laba kotor pemasok, dibandingkan dengan Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan yang masing-masing menangkap 9,1%, 11,8%, dan 29,2%.
Ditambah China tercatat sebagau pemasok tenaga kerja murah, maka mereka hanya sedikit mencicipi manisnya keuntungan iPhone. Karena ketergantungan China pada teknologi asing telah tumbuh, demikian pula biayanya.