KONTEKS.CO.ID - Badai Matahari siluman menghantam Bumi pada 20 November 2025 kemarin. Badai ini tiba-tiba muncul tanpa peringatan dan mungkin berkontribusi pada munculnya aurora yang terlihat di garis lintang tengah.
Peristiwa ini tidak memicu badai geomagnetic. Tetapi badai Matahari semacam itu, atau lontaran massa koronal (CME), tetap menarik karena meletus hampir tak terdeteksi dan mengganggu kondisi angin Matahari di sekitar Bumi.
Umumnya, badai ini lebih sering terjadi ketika Matahari memasuki fase menurun dari siklus 11 tahunnya, yaitu naik turunnya aktivitas magnetik Matahari secara berkala.
Menurut laporan Space.com, Sabtu 22 November 2025, CME reguler biasanya terlihat jelas dalam data Matahari. Letusan ini melibatkan suar terang, perubahan mendadak dalam cahaya ultraviolet ekstrem, atau lingkaran besar yang tampak terangkat dari permukaan Matahari.
Koronagraf biasanya menangkapnya sebagai struktur seperti awan yang mengepul yang berasal dari matahari. CME siluman adalah kebalikannya. CME ini meletus dengan tenang, tanpa suar atau tanda-tanda terang apa pun.
CME ini cenderung redup, bergerak lambat, dan sangat sulit dilacak. Karena itu, para ilmuwan biasanya baru mendeteksi CME siluman setelah tiba di Bumi dan mengganggu angin Matahari.
Persis seperti itulah yang terjadi pada 20 November, ketika Peramal Cuaca Antariksa NOAA melaporkan, kondisi angin Matahari pada 20 November didominasi oleh aliran berkecepatan tinggi lubang korona berpolaritas negatif dengan kemungkinan "transien tertanam", yang dapat mengindikasikan CME siluman.
Medan magnet yang dibawa oleh angin Matahari, biasanya sekitar 4-6 nanotesla, sempat melonjak menjadi 18 nanotesla pada pukul 09.20 EST (14.20 GMT).
Sementara kecepatan angin Matahari berkisar antara 400-500 km/detik, lebih tinggi daripada tingkat latar belakang yang biasa mengalir di dekat Bumi.
Baca Juga: Ada Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Tol Kebon Jeruk, Mobil Merah Ringsek dan Terbalik
"Badai matahari siluman telah kembali!" tulis fisikawan cuaca antariksa Tamitha Skov dalam sebuah postingan di X.
"Mereka bersifat siluman karena tidak memiliki jejak dalam citra cakram atau koronagraf. Kami hanya mendeteksi mereka ketika tiba di Bumi,” ujarnya.
“Diperkirakan hanya akan terjadi badai kecil dengan yang satu ini di lintang tinggi, tetapi beberapa di antaranya dapat menyebabkan badai hebat ketika diluncurkan di dekat aliran berkecepatan tinggi," pungkasnya. ***
Artikel Terkait
Saktinya Bumi saat Berhadapan dengan Badai Matahari
Duarr! Badai Matahari Terbesar Sejak 2017 Baru saja Menghantam Bumi
Prabowo dan Putin Bertemu, Buka Peluang Kerja Sama Sektor Pertanian Hingga Luar Angkasa
Netflix Gandeng NASA! Saksikan Aktivitas Astronot dan Pemandangan Luar Angkasa Secara Live
China Umumkan Awak Shenzhou-21 untuk Peluncuran Misi Stasiun Luar Angkasa Malam Nanti