Penggunaan istilah inauthentic content ini menunjukan pergeseran fokus kebijakan YPP, dari melarang penggunaan kembali konten (reused content) menjadi menolak karya-karya yang dihasilkan secara instan, terutama lewat teknologi AI generatif.
YouTube juga menegaskan bahwa pembaruan ini bukan larangan terhadap semua video yang memakai teknologi AI.
Kreator masih diperbolehkan menggunakan AI sebagai alat bantu, selama kontennya tetap orisinal dan tidak diproduksi secara otomatis tanpa nilai kreatif.
Baca Juga: Daftar 14 dari 26 Merek Beras Premium Terindikasi Curang, Salah Satunya Wilmar Group
Jenis Video YouTube yang Terancam Kehilangan Hak Monetisasi
1. Inauthentic content
Banyak kanal YouTube yang memproduksi konten menggunakan narasi AI, dikombinasikan dengan foto atau video stok, kemudian diunggah dalam jumlah besar dengan pola yang sama.
Jenis konten inilah yang kini masuk dalam kategori “inauthentic content” dan bakal kehilangan akses monetisasi.
2. Video dengan skrip dan format sama yang diunggah berulang-ulang.
Kompilasi klip tanpa penambahan narasi, analisis, atau komentar yang berarti.
Narasi otomatis dari AI tanpa penyuntingan atau pengemasan ulang secara kreatif.
Video berita atau dokumenter yang dibuat sepenuhnya oleh AI tanpa intervensi atau kreativitas manusia.
Jika kreator terus unggah konten tidak autentik, kanal bisa kehilangan akses ke monetisasi. Bila pelanggaran berlanjut, kanal bisa dikeluarkan dari YPP, tanpa bisa dimonetisasi lagi.
Baca Juga: Ijonk alias Jonathan Frizzy Resmi Ditahan di Kejari Kota Tangerang, Terancam 12 Tahun Penjara
Perubahan Kebijakan di Tengah "AI Slop"
YouTube menegaskan, pembaruan ini sebagai "minor update" alias pembaruan kecil yang ditujukan untuk memperjelas kebijakan yang selama ini sudah berjalan.
“Ini bukan aturan baru. Konten massal dan berulang sudah lama tidak bisa dimonetisasi, karena penonton juga menganggap konten semacam itu sebagai spam,” ujar Ritchie.
Meski YouTube menyebut ini sebagai pembaruan kecil, dampaknya bisa besar bagi kanal yang mengandalkan volume unggahan tinggi tanpa banyak kreativitas.
Dengan semakin mudahnya orang menggunakan teknologi AI untuk menghasilkan konten, YouTube ingin memastikan bahwa platformnya tetap diisi oleh video yang berkualitas dan relevan bagi penonton.
Artikel Terkait
Dilantik Jadi Stafsus di Tengah Pemangkasan Anggaran Besar-besaran, Gaji Deddy Corbuzier Sangat Kecil Dibanding Pendapatan YouTube
YouTube Gandeng Shopee, Kreator Bisa Dapat Uang dari Setiap Klik!
Spotify Down: Puluhan Ribu Orang yang Terganggu Ancam Pindah ke Youtube dan Apple Music
Ini Trik dan Cara Download Video YouTube ke Galeri HP dengan Mudah, Kamu Bisa Nonton Tanpa Koneksi Internet
5 Alasan Jangan Buru-buru Beli Mobil Listrik: Ulasan Kritis Chris Delano Viral di YouTube