KONTEKS.CO.ID - Pakar keamanan siber sekaligus programer asal Indonesia, Yohanes Nugroho, baru-baru ini mengembangkan alat yang memanfaatkan kekuatan komputasi GPU.
Komputasi GPU adalah proses pemrosesan yang dilakukan oleh unit pemrosesan grafis (GPU).
GPU adalah chip komputer yang melakukan perhitungan matematika untuk mengolah grafis dan gambar.
Pengembangan alat itu menghasilkan kunci dekripsi yang dapat membuka file yang dienkripsi oleh ransomware Akira.
Akira adalah ransomware multi-OS yang relatif baru, yang mengenkripsi dan mencuri file korban dan meminta tebusan untuk mendekripsi file.
Yohanes Nugroho, setelah mempelajari varian ransomware tersebut, kemudian menemukan Akira menggunakan timestamp (cap waktu) untuk membuat kunci enkripsi.
Temuan ini membuat Nugroho yakin dengan alat yang tepat, algoritma enkripsi tersebut bisa diretas dalam waktu sekitar satu minggu.
Dunia keamanan siber pun terpakau dengan keberhasilan Yohanes Nugroho menjebol enkripsi ransomware Akira.
Meskipun proyek ini akhirnya memakan waktu tiga kali lebih lama dari perkiraan, hasilnya sukses.
Setelah menghabiskan sekitar USD1.200 dolar atau sekitar Rp20 juta untuk membeli GPU, alat dekripsinya berhasil menembus enkripsi Akira.
Pendekatan Brute-Force
Nugroho menggunakan pendekatan yang tidak biasa dalam membongkar enkripsi.
Biasanya, alat dekripsi memerlukan kunci asli atau pasangan file yang telah dienkripsi dan belum dienkripsi.
Namun, Nugroho memakai teknik brute-force untuk menebak kunci dekripsi yang diperlukan demi membuka file yang dienkripsi Akira.
Keunikan dari Akira adalah program enkripsinya menggunakan waktu saat itu dalam satuan nanodetik sebagai seed untuk membuat kunci.
Artikel Terkait
Mengenal Ransomware, Gempuran Malware Paling Berbahaya saat Ini, dan Cara Menangkisnya
SAFEnet Datangi Kominfo Desak Keterbukaan Informasi Serangan Ransomware ke PDNS 2