KONTEKS.CO.ID - Insiden serius yang melibatkan aparat negara terjadi di kawasan tambang emas Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Belasan warga negara asing (WNA) asal China dilaporkan menyerang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berada di area tambang tersebut pada Minggu sore, 14 Desember 2025.
Peristiwa penyerangan terjadi sekitar pukul 15.40 WIB sore. Para pelaku disebut tidak hanya melakukan intimidasi, tetapi juga membawa sejumlah senjata berbahaya saat menyerang prajurit TNI yang berada di lokasi.
Baca Juga: Bawa Senjata Berbahaya, Belasan WNA China Serang Prajurit TNI di Area Tambang Emas Kalimantan
Menurut informasi yang dihimpun pada Selasa, 1 Desember 2025, insiden tersebut mengakibatkan lima anggota TNI menjadi korban penyerangan.
Selain itu, dua unit kendaraan milik perusahaan tambang dilaporkan mengalami kerusakan berat akibat insiden tersebut.
Kepergok Mata-matai Pakai Drone
Kejadian bermula ketika seorang warga sipil yang bertugas sebagai petugas pengamanan perusahaan mencurigai adanya aktivitas penerbangan drone di area tambang sekitar pukul 15.30 WIB. Drone tersebut dinilai mencurigakan karena terbang di wilayah terbatas.
Petugas keamanan itu kemudian berusaha mendekati dan mengejar pihak yang mengoperasikan drone.
Di sekitar lokasi yang sama, lima prajurit TNI dari satuan Zeni Tempur yang tengah melaksanakan kegiatan latihan berada tidak jauh dari area tambang. Para prajurit tersebut turut membantu melakukan pengecekan, tanpa membawa senjata api.
Sekitar retusan meter dari pintu masuk tambang, rombongan menemukan empat WNA China yang diduga tengah menerbangkan drone.
Situasi yang semula terkendali mendadak berubah ketika sebelas WNA lainnya muncul secara tiba-tiba, sehingga total kelompok tersebut berjumlah 15 orang.
Baca Juga: Satgas Terpadu Ungkap Upaya WNA China Selundupkan Serbuk Nikel di Bandara Khusus IWIP Weda Bay
Kelompok WNA tersebut kemudian melakukan penyerangan secara agresif. Kondisi memaksa anggota TNI dan warga sipil mundur untuk menghindari bentrokan yang lebih besar dan potensi korban tambahan.