KONTEKS.CO.ID - Di balik riuh konflik di pedalaman Papua, sebuah operasi senyap tengah berjalan ribuan kilometer jauhnya.
Selama dua tahun terakhir, aparat intelijen dan kepolisian Australia (AFP, QPS, dan ASIO) bersama Kepolisian Selandia Baru melakukan investigasi rahasia terkait dugaan penyelundupan senjata api untuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Operasi ini mencapai puncaknya pada September 2025, ketika dua warga Australia ditangkap. Mereka didakwa dengan tuduhan serius, termasuk konspirasi mengekspor senjata ilegal ke kelompok bersenjata di Papua.
Baca Juga: Jun Ji Hyun Comeback Lewat Tempest! Intip 5 Drama dan Film Ikonik Sang Aktris Legendaris
Berawal dari Kasus Pilot Selandia Baru
Aksi ini tak lepas dari peristiwa penculikan pilot Selandia Baru, Phillip Mehrtens, pada Februari 2023. Setelah Mehrtens dibebaskan, investigasi bergeser dari isu penyanderaan ke penelusuran sumber daya KKB Papua.
Tim gabungan antiterorisme Queensland (QLD JCTT) kemudian melacak jejak digital, logistik, hingga transaksi mencurigakan.
Dari situ, muncul dugaan kuat bahwa dua pria asal Queensland dan New South Wales terlibat dalam jaringan perdagangan senjata ilegal lintas negara.
Baca Juga: KPK Segera Umumkan Tersangka Skandal Korupsi Kuota Haji Rp1 Triliun, PPATK Sudah Serahkan Data Panas
Bantahan hingga Dugaan Peran Wartawan
Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, langsung membantah klaim bahwa dua warga Australia itu adalah pemasok senjata untuk kelompoknya.
Namun, isu makin kompleks setelah tokoh pemuda Papua, Ali Kabiay, menyebut ada dugaan keterlibatan “wartawan” Australia dalam melacak lokasi untuk penyelundupan.
“Kasus ini bisa jadi lebih luas dari yang dibayangkan,” kata Ali, menegaskan bahwa jaringan internasional mungkin ikut bermain dalam pusaran konflik Papua.
Baca Juga: Ribuan Personel Gabungan Amankan Demo 15 September 2025 Menolak Reformasi Polri di DPR Hingga Monas