• Senin, 22 Desember 2025

6 Tahun Tertidur, Kini Gunung Tangkuban Parahu Menggeliat Lagi

Photo Author
- Rabu, 4 Juni 2025 | 07:50 WIB
Gunung Tangkuban Parahu di Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jabar, kembali menggeliat dengan menunjukan aktitas seismik berkelanjutan. (PVMBG)
Gunung Tangkuban Parahu di Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jabar, kembali menggeliat dengan menunjukan aktitas seismik berkelanjutan. (PVMBG)


KONTEKS.CO.ID - Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jabar, menggeliat kembali setelah 6 tahun tertidur.

Gunung tersebut mengalami peningkatan aktivitas berupa gempa hembusan antara 21-37 kejadian dan gempa frekuensi rendah hingga 134 kejadian.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhamad Wafid mengatakan, data ini didapat berdasarkan rekaman kegempaan pada periode 30 Mei-2 Juni 2025.

Baca Juga: Cara Jadi Afiliator TikTok Go: Panduan Lengkap untuk Pemula

Sedangkan hasil pemantauan deformasi lewat metode Electronic Distance Measurement (EDM) dan Global Navigation Satellite System (GNSS) ikut menunjukkan pola inflasi atau adanya peningkatan tekanan pada tubuh gunung.

Wafid menambahkan, curah hujan di sekitar Tangkuban Parahu saat ini tinggi. Ditambah sifat dari gunung ini dengan gempa frekuensi rendahnya, maka ada kemungkinan bakal ada perambatan panas magma melewati batuan atau material vulkanik penyusun tubuh gunung api. Hal ini akan memanasi sistem air tanah di dalam tubuh gunung api.

"Pada kondisi tersebut air dapat mengalami pemanasan yang ekstrem atau super heating. Lalu menghasilkan uap dengan tekanan sangat tinggi, dan akhirnya menciptakan erupsi freatik," paparnya.

Baca Juga: Jelang Wukuf, Mendadak Pemerintah Arab Saudi Batalkan Program Tanazul bagi Jemaah Haji Indonesia

Gempa berfrekuensi rendah tersebut mengirim sinyal aktivitas pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekat permukaan. 

Peningkatannya berkorelasi dengan peningkatan intensitas hembusan gas yang dapat terjadi lantaran perubahan (akumulasi) tekanan di kedalaman dangkal. Sayangnya, indikasi akumulasi tekanan dari magma dalam belum teramati.

"Tapi hingga saat ini tingkat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal), ditandai dengan aktivitas hembusan asap dari Kawah Ratu berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, dengan ketinggian 5-120 m di atas dasar kawah," tambah Wafid.

Baca Juga: Cak Islah Yakin Budi Arie Terima Uang Kasus Judol di Rumah Dinas: Kalau Jahat yang Rapi Lah Gitu

Imbauan untuk Masyakat dan Pengunjung Gunung Tangkuban Parahu

Walaupun normal, Badan Geologi memperngatkan adamua potensi bahaya berupa erupsi freatik. Yakni, erupsi yang terjadi tanpa ada peningkatan gejala vulkanik yang signifikan. Kalau ini terjadi dapat disertai hujan abu dan lemparan material di sekitar kawah.

Karena itu, masyarakat dan pengunjung Tangkuban Parahu diharapkan tak mendekat ke dasar kawah. Selain itu tak boleh berlama-lama dan tidak menginap di area kawasan kawah-kawah aktifnya.

Masyarakat dan pengunjung juga diminta segera meninggalkan area sekitar kawah kalau teramati peningkatan intensitas/ketebalan asap kawah dan/atau jika tercium bau gas yang menyengat. Hal itu demi menghindari potensi bahaya paparan gas beracun maupun erupsi freatik.

Baca Juga: Cara Upload File di Coretax: Panduan Lengkap untuk Wajib Pajak

"Masyarakat sekitar Tangkuban Parahu diharapkan tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa. Jangan terpancing isu-isu mengenai erupsi, serta selalu ikuti perkembangan dan arahan terkait aktivitas gunung dari sumber resmi," sarannya.

Menurut Wahid, evaluasi tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu akan dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu jika terjadi perubahan signifikan.

Gunung api ini memiliki sembilan kawah dan dua kawah utamanya berada di area puncak. Masing-masing Kawah Upas dan Kawah Ratu yang sering menjadi sumber dari letusan freatik.

Baca Juga: Lapor Pak Budi Arie! 144 Kopdes Merah Putih di Gunungkidul sampai Sekarang Tak Punya Modal

Gunung yang menjadi favorit wisatawan dalam dan luar negeri tersebut mengalami erupsi terakhir pada 2019. Letusannya diawali erupsi freatik dari Kawah Ratu pada 26 Juli, tepatnya pukul 15.48 WIB. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X