KONTEKS.CO.ID - Shuttlecock atau kok dalam Bahasa Indonesia, adalah bola khas yang digunakan dalam olahraga bulu tangkis.
Bentuknya yang menyerupai kerucut dengan bulu-bulu di sekelilingnya menjadikannya unik dibandingkan bola olahraga lain.
Performa kok di udara sangat bergantung pada komposisi dan kualitas material pembuatnya.
Satu shuttlecock standar terdiri dari 16 helai bulu. Mengapa 16 bulu?
Seperti dilansir dari BWF atau Badminton World Federation, jumlah bulu pada kok badminton secara internasional ditetapkan memang 16 helai.
Penentuan ini bukan tanpa alasan, melainkan hasil pertimbangan panjang baik secara teknis maupun historis.
Dengan 16 bulu yang tersusun simetris membentuk lingkaran, shuttlecock mampu terbang stabil, berputar sempurna, dan mempertahankan arah saat dipukul.
Itu menjadikannya ideal untuk permainan yang cepat dan presisi seperti bulu tangkis.
Secara aerodinamika, jumlah ini menciptakan distribusi beban dan hambatan udara yang seimbang.
Baca Juga: Video Viral Aksi Atlet Peserta Sirnas Remas Shuttlecock Saat Bertanding, Begini Respons PBSI
Jika jumlah bulu dikurangi, shuttlecock akan kehilangan kestabilan dan bisa terbang tak beraturan.
Sebaliknya, jika terlalu banyak, hambatan udara meningkat dan kecepatan terbang menurun.
Karena itu, angka 16 dianggap sebagai titik optimal dan BWF pun menetapkannya sebagai standar resmi untuk semua pertandingan profesional.
Tak hanya dari sisi teknis, pemilihan 16 bulu juga mencerminkan evolusi desain berdasarkan pengalaman panjang produsen shuttlecock dan atlet.