Esok harinya, Mallaby berunding dengan Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, Gubernur Jawa Timur saat itu. Disepakati, Inggris tidak melibatkan tentara Belanda dalam pasukannya, bekerja sama menciptakan ketenteraman dan keamanan, dan hanya melucuti senjata Jepang.
Namun perjanjian itu dilanggar Mallaby. Kenyataannya ada tentara NICA (Belanda) dalam pasukannya. Tentu ini memancing amuk warga Surabaya hingga meletus konflik pada 27 Oktober 1945.
- Brigadir Jenderal Mallaby Tewas
Pertempuran kedua pihak pada akhirnya menewaskan Jenderal Mallaby pada 29 Oktober 1945. Peristwa ini memancing amarah Inggris. Dan posisi Mallaby mereka digantikan oleh Jenderal Eric Robert Mansergh.
Mansergh lalu merilis Ultimatium 10 November 1945. Isinya mendesak rakyat Indonesia menghentikan perlawanan dan menyerahkan diri. Jika menolak, Kota Surabaya akan dihancurkan.
Lalu Mansergh menginstruksikan warga Surabaya untuk berkumpul di tempat yang telah ditentukan pada 10 November 1945 dengan deadline hingga pukul 06.00 pagi. Arek Suroboyo menolak dan pertempuran hebat pecah di Surabaya. Tidak tanggung-tanggung, pertempuran berlangsung hingga tiga pekan.
Pertempuran hebat 10 November 1945 menelurkan tokoh dan pahlawan penting bernama Sutomo yang dikenal sebagai Bung Tomo. Dia menggelorakan semangat rakyat untuk terus melawan penjajah dengan semboyannya yang ikonik, "Merdeka atau mati!".
Puluhan ribu orang tewas dalam pertempuran neraka ini. Sebagian di antara korban di pihak Indonesia adalah warga sipil. Di pihak Inggris, 1.600 orang mati, hilang serta terluka.
Di pusat kota, Kota Surabaya hancur berantakan. Menggambarkan hebatnya pertempuran 10 November 1945.