KONTEKS.CO.ID - Indonesia dan Pakistan kembali menunjukkan kedekatannya. Bertempat di Istana Merdeka, Senin, 18 November 2025, Presiden Prabowo Subianto menerima Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Zahid Hafeez Chaudhri.
Pertemuan tersebut tidak sekadar seremoni diplomatik, melainkan pembicaraan strategis yang menyentuh hampir seluruh sektor penting kedua negara.
Dubes Zahid mengungkapkan bahwa diskusi berlangsung komprehensif dan mencakup berbagai agenda prioritas, mulai dari perdagangan, investasi, pendidikan, hingga isu pertahanan yang selama ini menjadi fondasi penting hubungan Jakarta–Islamabad.
“Kami membahas seluruh spektrum hubungan bilateral… perdagangan, ekonomi, investasi, pengembangan sumber daya manusia, UMKM, pendidikan, kesehatan, serta tentu saja kerja sama pertahanan dan keamanan,” ujar Dubes Zahid usai bertemu Presiden.
Dua Negara Muslim Besar, Dua Pengaruh Besar
Dalam pernyataannya, Dubes Zahid menekankan perspektif geopolitik yang kian menguat: Indonesia dan Pakistan bukan sekadar mitra, tetapi dua kekuatan besar di dunia Islam yang memiliki suara signifikan dalam dinamika global.
Ia mengingatkan bahwa bersama-sama, kedua negara mewakili lebih dari seperempat populasi muslim dunia,modal geopolitik yang jarang dimanfaatkan secara maksimal.
“Ada kesadaran yang tumbuh bahwa Indonesia dan Pakistan perlu semakin memperkuat hubungan di semua bidang,” tegasnya.
Penguatan hubungan ini dinilai sangat relevan di tengah meningkatnya ketegangan global serta kebutuhan negara-negara berkembang untuk memperluas jaringan kerja sama strategis.
Hubungan Historis dan Pesan Persaudaraan
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Zahid juga menyampaikan salam hangat dari pemerintah dan rakyat Pakistan kepada Presiden Prabowo.
Ia menekankan bahwa persahabatan kedua bangsa sudah terjalin bahkan sebelum Indonesia dan Pakistan merdeka, dan menjadi landasan kuat bagi hubungan kedua negara hingga kini.
Presiden Prabowo, menurut Dubes Zahid, membalas dengan menyampaikan doa dan harapan terbaik bagi Pakistan, sebagai bentuk penghormatan terhadap hubungan historis yang telah puluhan tahun terpelihara.***