nasional

Delegasi Singapura Temui Menag Nasaruddin Umar, 'Berguru' Kerukunan Beragama di Indonesia

Rabu, 5 November 2025 | 05:43 WIB
Menag Nasaruddin Umar bertemu delegasi Singapura di Masjid Istiqlal (Foto: dok. Kemenag)

KONTEKS.CO.ID - Menteri Agama Nasaruddin Umar kedatangan delegasi Leaders in Administration Program (LAP) dari Kedutaan Besar Singapura. Mereka kemudian berdialog di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa , 4 November 2025.

Kegiatan tersebut turut dihadiri Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Kwok Fook Seng, dan Staf Khusus Menag, Gugun Gumilar.

Dalam pertemuan itu, Menag menekankan bahwa kunci harmoni masyarakat Indonesia terletak pada rasa saling percaya antara imam dan jamaah, meski berasal dari latar belakang berbeda.

Baca Juga: Menteri Wakaf Suriah Temui Menag Nasaruddin Umar di Istiqlal, Perkuat Kolaborasi Pendidikan Islam

“Di Indonesia, orang percaya kepada imamnya, bahkan kalau imamnya berbeda latar atau berasal dari kelompok minoritas sekalipun.

Ini yang membedakan kami dari banyak negara lain,” ujar Menag, dalam siaran persnya, Rabu, 5 November 2025.

Menurut Menag, relasi keagamaan di Indonesia dibangun bukan atas keseragaman doktrin, namun atas dasar kepercayaan sosial yang melampaui sekat-sekat denominasi.

“Di banyak negara lain, posisi imam dan jamaah sering terkotak oleh sekte dan denominasi, sementara di Indonesia, kepercayaan sosial mampu melampaui sekat-sekat tersebut,” jelasnya.

Ia menambahkan, kerja sama lintas agama di Indonesia juga telah mengakar kuat tanpa harus ada perintah resmi.

Baca Juga: Pulang ke Tanah Air, Menag Klaim Paus Leo Setuju Tindak-lanjuti Deklarasi Istiqlal

“Kita punya banyak contoh kerja sama lintas agama di Indonesia. Itu semua tidak memerlukan perintah khusus, karena sudah menjadi bagian dari karakter masyarakat kita,” katanya.

Pria asal Bone, Sulawesi Selatan itu juga membandingkan dengan kondisi di Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA), di mana hubungan antara pemimpin agama dan masyarakat masih bergantung pada otoritas resmi.

“Qatar dan Abu Dhabi juga punya imam, tapi sebagian besar berasal dari kelompok yang sama. Indonesia lebih plural, dan justru karena itulah harmoni bisa tumbuh,” tuturnya.

Halaman:

Tags

Terkini