KONTEKS.CO.ID - Program raksasa Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai beroperasi di seluruh Indonesia kini dihadapkan pada ancaman terbesarnya, yakni potensi krisis inflasi pangan.
Peningkatan permintaan daging, telur, sayuran, dan buah-buahan secara masif dan serentak dikhawatirkan akan membuat harga-harga di pasar melonjak tak terkendali.
Untuk mencegah krisis ini, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) kini turun tangan dalam sebuah intervensi pangan skala besar.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, mengungkapkan bahwa dirinya telah mengantisipasi ancaman ini sejak tiga bulan lalu.
Baca Juga: Telkom Catat Pendapatan Rp109,6 Triliun di Q3 2025, Pacu Efisiensi dan Inovasi Bisnis Jangka Panjang
Ia memprediksi bahwa seiring bertambahnya ribuan dapur MBG (SPPG) yang beroperasi, permintaan bahan pokok akan meledak, dan jika tidak diimbangi dengan pasokan, harga pangan untuk masyarakat umum akan ikut terimbas naik.
Sebagai langkah proaktif, Jenderal Maruli secara resmi telah memerintahkan seluruh jajarannya untuk bertempur di sektor ketahanan pangan.
Para prajurit kini ditugaskan untuk menanami lahan-lahan milik TNI AD di berbagai daerah, mengubahnya menjadi lahan pertanian produktif yang didedikasikan khusus untuk menyuplai kebutuhan dapur-dapur MBG.
Skala intervensi ini sangat masif. KSAD merinci bahwa lahan-lahan tidur milik TNI AD yang kini digarap mencakup 206 hektare di Gunung Hejo (Purwakarta), 300 hektare di Takokak (Cianjur), 100 hektare di Puslatpur Baturaja (Lampung), 50 hektare di Pangalengan (Bandung), serta 600 hektare di Ciemas dan 60 hektare di Cibenda (Sukabumi). Total, lebih dari 1.300 hektare lahan disiapkan untuk menanam sayur-mayur dan buah-buahan.
Baca Juga: Kejari: Pemeriksaan Saksi Buat Terang Perkara dan Calon Tersangka Korupsi Pemkot Bandung
Tidak hanya di sektor tanaman pangan, Jenderal Maruli juga memberikan perintah tegas untuk mengatasi potensi kelangkaan protein, khususnya telur.
"Saya juga sudah memerintahkan kepada Kodim-Kodim untuk beternak ayam,” tegas Maruli seperti yang dikutip dari tirto.id, Jumat, 31 Oktober 2025.
Fokusnya adalah ayam petelur, yang dipilih karena penanganannya dinilai lebih mudah dan produksinya (telur) bisa dipanen lebih cepat dibandingkan ayam pedaging.
Langkah antisipatif TNI AD ini disambut dengan kelegaan luar biasa oleh Badan Gizi Nasional (BGN).