KONTEKS.CO.ID – Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, mengatakan, kerugian negara Rp73,5 triliun akibat proyek kereta cepat Whoosh Jakarta–Bandung nyata dan pasti.
Anthony di Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025, menegaskan, angka kerugian negara Rp73,5 triliun tersebut akibat dengan sengaja memenangkan China dalam proyek tersebut.
"China yang jelas-jelas lebih mahal US$4,51 miliar dari penawaran Jepang merupakan tindakan merugikan keuangan negara secara nyata dan pasti," ujarnya.
Angka Rp73,5 triliun ini, dengan menggunakan kurs Rp16.300 per dolar AS dikalikan US$4,51 miliar. Adapun angka US$4,51 miliar didapat dari selisih yang diajukan oleh Jepang dan China.
Anthony mengungkapkan, total biaya proyek kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang ditawarkan oleh Jepang selama 50 tahun masa konsesi proyek, termasuk bunga pinjaman hanya US$6,34 miliar (6.337.175.000).
Sedangkan total biaya proyek KCJB yang ditawarkan China mencapai US$10,85 miliar (10.846.705.000) selama 50 tahun masa konsesi, atau lebih mahal US$4,51miliar atau 71,2 persen dari penawaran Jepang.
Anthony menegaskan, perlu dicatat, kerugian negara secara pasti dan nyata tersebut belum termasuk dugaan markup atau penggelembungan harga yang diperkirakan bisa mencapai US$2 miliar.
Artinya, kata dia, biaya proyek kereta cepat Whoosh sepanjang 142,3 kilometer (km) diperkirakan maksimal US$4 miliar saja, atau sekitar US$28,11 juta per km. Ini pun sudah sangat mahal.
"Semoga KPK segera bertindak, jangan memancing amarah rakyat," ujarnya.
Baca Juga: Dukung KPK Bongkar Dugaan Mark Up Proyek Whoosh, Komisi III DPR: Jangan Takut, Usut Tuntas!
Sementara itu, KPK menyatakan sudah mulai menyelidiki kasus dugaan penggelembungan anggaran proyek Whoosh, kereta cepat Jakarta Bandung.
“Saat ini sudah pada tahap penyelidikan,” kata Asep Guntur Rahayu, Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK kepada wartawan di Jakarta, Senin, 27 Oktober 2025.***