KONTEKS.CO.ID – Peneliti dan pengamat terorisme, Ulta Levenia Nababan, menilai langkah Indonesia bergabung dengan BRICS merupakan keputusan berani.
Ulta dalam sinear Deddy Corbuzier pada Selasa, 9 September 2025, menilai, itu langkah berani karena ada negara super power tertentu yang merasa terganggu.
Ia mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat urung menjadikan Indonesia bergabung dengan BRICS. Deputi CIA pun menyampaikan terima kasih kepada salah satu menteri.
"Dalam waktu berapa bulan Pak Prabowo menjabat, itu sudah langsung masuk [BRICS], yang Pak Jokowi selama 10 tahun enggak berani," ujarnya.
Ulta lebih lanjut menyampaikan, saat Prabowo akan pergi ke China menghadiri Perayaan 80 Tahun Kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok, banyak orang yang mengkritik bahwa kondisi dalam negeri kurang baik.
Menurutnya, kehadiran Prabowo di China tersebut merupakan simbol bahwa Indonesia tidak mau didikte oleh negara tertentu.
"Itu kan simbol. Bahwa I'm still standing here. Gue kuat, gue bisa dan gue mau," katanya.
Ulta lantas memberikan contoh saat Iran akan dibom oleh Amerika karena lobinya Israel melalui AIPAC.
"Banyak lah urusannya mereka di situ. Tapi intinya, ketika Iran itu mau di-bombing, itu kan beberapa hari sebelum Amerika mau negosiasi dengan Iran. Analoginya itu," ucapnya.
Menurut Ulta, ketika Prabowo mau pergi ke China, Indonesia diserang habis-habisan dengan gelombang demonstrasi.
"Tujuannya pengin kasih tahu, you enggak bisa you gabung ke sana. Tapi Pak Prabowo akhirnya pergi. Dia pengin menunjukkan bahwa gue kuat, gue independen, gue bisa," ujarnya.
Karena itu, Ultra mensinyalir bahwa perusuh dalam aksi demonstrasi beberapa waktu lalu tidak menutup kepentingan ada keterlibatan asing, khususnya yang tidak senang Indonesia masuk BRICS.***