KONTEKS.CO.ID - Yayasan Madani Berkelanjutan mengungkap poroyek-proyek strategis nasional (PSN) juga berkontribusi terhadap masifnya deforestasi atau hilangnya hutan.
“Selain sektor kehutanan dan perkebunan, proyek-proyek strategis nasional juga berkontribusi terhadap deforestasi yang masif,” kata Sadam Afian Richwanudin, Legal Specialist Madani Berkelanjutan di Jakarta, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Di Merauke, Papua Selatan, ujarnya, proyek Food Estate menyebabkan hilangnya hutan alam hampir 5 ribu hektare.
Baca Juga: Mayoritas Hutan Alam yang Hilang pada 2024 Terjadi di Wilayah Izin Konsesi
Sementara itu, kata dia, ekspansi tambang nikel di pulau-pulau kecil seperti Gag dan Kawe di Raja Ampat mengabaikan batas-batas ekologis dan hukum.
“Termasuk pelanggaran terhadap ketentuan perlindungan pulau-pulau kecil,” katanya.
Menurut Sadam, situasi ini semakin mengkhawatirkan karena tambang-tambang tersebut berada di kawasan yang seharusnya menjadi zona yang dilindungi.
Baca Juga: Madani Berkelanjutan: 3 Provinsi Ini Penyumbang Angka Tertinggi Kehilangan Hutan 2024
Wilayah adat yang selama ini terbukti mampu menjaga tutupan hutan alam justru masih belum memperoleh pengakuan hukum yang memadai.
Ia mengungkapkan, hingga Maret 2025, baru sekitar 330 ribu hektare Hutan Adat yang resmi diakui negara. Ini jauh dari luas wilayah adat yang mencapai lebih dari 32,3 juta hektare yang telah dipetakan oleh BRWA.
Padahal, secara global, wilayah adat dan kelola masyarakat lokal memiliki tingkat deforestasi yang lebih rendah dan menyimpan lebih banyak keanekaragaman hayati.