KONTEKS.CO.ID - Kementerian Keuangan mencatat realisasi penarikan utang baru mencapai Rp304 triliun hingga April 2025.
Jumlah ini setara dengan 39,2 persen dari total rencana pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang ditetapkan sebesar Rp775,9 triliun.
Selain utang, pemerintah juga mencatatkan realisasi pembiayaan nonutang sebesar Rp24,8 triliun, atau 15,6 persen dari target tahun ini.
Baca Juga: Empat Ormas di Jakarta Tegas Tolak Premanisme, Dukung Iklim Usaha yang Kondusif
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono mengungkapkan bahwa capaian ini mencerminkan bahwa strategi pembiayaan pemerintah masih sesuai jalur atau on track.
"Pembiayaan kita berjalan dengan baik dan masih dalam jalur yang direncanakan," ujar Thomas dalam konferensi pers bertajuk APBN Kita yang digelar di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (23/5).
Ia menjelaskan bahwa pencapaian positif ini didukung oleh strategi mitigasi risiko yang dijalankan dengan efektif.
Beberapa strategi tersebut meliputi pelaksanaan prefunding, penyediaan cash buffer, serta pengelolaan kas dan utang secara aktif (active cash and debt management).
Thomas juga menekankan pentingnya prinsip kehati-hatian dalam pengadaan utang, yang dilakukan secara fleksibel, oportunistik, dan terukur baik dari sisi waktu (timing) maupun besaran (sizing).
“Strategi pembiayaan ini dilakukan dengan penuh perhitungan agar dapat menjaga stabilitas fiskal, termasuk dengan penggunaan cash buffer dan pengelolaan utang yang aktif,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan perkembangan APBN 2025.
Ia menyebutkan bahwa hingga April, pendapatan negara telah mencapai Rp810,5 triliun, atau 27 persen dari target yang ditetapkan.
Baca Juga: Profil Masyita Crystallin, Punya Jejak Karier Jempolan dan Ngefans Berat dengan Sri Mulyani