Tujuan utama dari pembentukan Koops Habema adalah meningkatkan efektivitas dan koordinasi antarlembaga dalam menghadapi kelompok separatis bersenjata di Bumi Cenderawasih.
Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi menegaskan bahwa operasi ini mencerminkan komitmen TNI untuk menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat Papua.
“TNI mengedepankan pendekatan humanis, dialogis, dan profesional dalam setiap kegiatan. Namun, kami juga siap bertindak tegas terhadap kelompok bersenjata,” tegas Kristomei.
Meski begitu, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) turut mengingatkan bahwa dalam operasi tersebut dilaporkan tiga warga sipil turut menjadi korban tewas.
Mereka adalah Elisa Wandagau, Mono Tapamina, dan Kepala Desa Hitadipa Ruben Wandagau.
Baca Juga: Telkom Tegas Dukung Kejaksaan, Juniver Girsang: Pemberitaan Sesat Direksi Harus Diluruskan
Kepala Biro PGI Papua, Pendeta Ronald Tapilatu, menyatakan bahwa ketiga korban masih belum jelas statusnya, apakah termasuk dalam daftar OPM atau warga biasa.
Keberhasilan Koops Habema membuktikan bahwa strategi gabungan yang terintegrasi mampu memberikan hasil konkret dalam menangani gangguan keamanan di Papua.
Namun, keberhasilan ini tetap perlu diiringi dengan evaluasi, transparansi, dan akuntabilitas agar upaya menjaga kedaulatan negara tetap berjalan selaras dengan perlindungan terhadap hak asasi setiap warga negara.***