KONTEKS.CO.ID - Sub-suku Usba merupakan salah satu kelompok etnis di Tanah Papua yang memiliki sejarah panjang. Mereka merupakan bagian dari Suku Biak, salah satu suku terbesar di Papua yang memiliki budaya yang kaya.
Sub-suku Usba tinggal di Kepulauan Ayau, sebuah wilayah yang terletak di Pulau Waigeo, bagian dari Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Seperti banyak suku di Papua, Sub-suku Usba memiliki tradisi lisan yang kuat, dimana cerita dan sejarah mereka disampaikan secara turun-temurun. Namun, hal ini juga berarti banyak kisah sejarah mereka yang terancam hilang seiring berjalannya waktu.
Pada tahun 2025, Sub-suku Usba akhirnya berhasil mencatatkan sejarahnya dalam bentuk buku berjudul "Merajut Kisah dari Pulau ke Pulau: Rekonstruksi Sejarah Sub-suku Usba di Raja Ampat". Buku ini ditulis oleh Lisa Febriyanti dan RD Mahendra Uttunggadewa.
Buku tersebut diluncurkan dalam acara Peluncuran dan Bedah Buku yang diadakan pada Senin, 28 April 2025, di Perpusnas RI, Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Dewan Adat Papua, Charles Imbir, memberikan pidato pengantar yang menekankan pentingnya sejarah, khususnya sejarah Sub-suku Usba, yang diharapkan bisa menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia, terutama bagi suku-suku di Papua.
"Buku ini diharapkan bisa menjadi penerang yang menyinari sejarah Sub-suku Usba di Raja Ampat. Terima kasih kepada penulis Lisa dan Mahendra," ujar Charles dalam pidatonya.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Jimmy Radjah, Pemimpin Redaksi konteks.co.id.
Dalam sesi tersebut, Lisa Febriyanti menjelaskan secara rinci proses penulisan buku ini, sementara Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Indonesia, Susanto Zuhdi, dan Sejarawan Universitas Cendrawasih, Albert Rumbekwan, memberikan tanggapan.
Lisa menceritakan bahwa dalam proses penulisan buku ini, mereka tinggal selama 14 hari di kapal dan mengunjungi berbagai pulau untuk menemui masyarakat Sub-suku Usba.
Mereka mendengarkan cerita langsung dari warga tanpa mengubah narasi yang ada.
“Kami tinggal di kapal selama 14 hari, mengunjungi satu pulau ke pulau lainnya untuk berbicara langsung dengan masyarakat Sub-suku Usba. Kami ingin mereka yang menceritakan kisah mereka dalam buku ini,” ungkap Lisa.
Proses penulisan juga melibatkan penelitian literatur, dengan mengkaji arsip, dokumen, dan buku-buku penjelajah Eropa untuk memastikan kesesuaian dengan narasi yang disampaikan oleh leluhur Usba.
Susanto, yang juga bertugas sebagai Koordinator Editor Sejarah Nasional Indonesia, memberikan apresiasi terhadap buku ini.