KONTEKS.CO.ID – Bendahara Partai NasDem Ahmad Sahroni mempertanyakan sikap Istana melalui Kepala Staf Presiden Moeldoko yang menyebut dukungan dari Satpol PP Garut, Jawa Barat, kepada Gibran Rakabuming Raka tidak melanggar etika.
Menurut Moeldoko, statusnya yang belum jelas, maka Satpol PP boleh saja mencari keadilan kepada Gibran Rakabuming Raka dan calon lain.
Ahmad Sahroni mempertanyakan kenapa Moeldoko terkesan mendukung sikap dari petugas Satpol PP yang tidak netral. Dan sejak kapan Moeldoko telah menjadi juru bicara pasangan calon presiden.
Menurut Ahmad Sahroni, terkait dengan masalah netralitas Satpol PP, harusnya yang boleh menjawab adalah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Garut.
“Ijin bertanya pak @dr_moeldoko sejak kapan jd jubir paslon?.
Yang jawab harusnya Bawaslu terkait hal Satpol PP di Garut,…” kata Sahroni malalui akun IG @ahmadsahroni88 pada Kamis, 4 Januari 2024.
Kemudian Ahmad Sahroni juga menyinggung Moeldoko yang dalam pernyataannya sudah menjadi tim dari Bawaslu.
“Jangan-jangan Bapak sudah jadi team Bawaslu yah? Ijin bertanya Pak.. makasih,” kata Sahroni.
Istana Sebut Satpol PP Dukung Gibran Tak Langgar Etik
Kepala Staf Presiden Moeldoko menegaskan bahwa dukungan dari Satpol PP Garut, Jawa Barat, tidak melanggar etik.
Kata Moeldoko karena statusnya yang belum jelas, maka Satpol PP boleh saja mencari keadilan kepada Gibran Rakabuming Raka dan calon lain.
Moeldoko secara tegas menyampaikan bahwa dukungan Satpol PP kepada Gibran tidak melanggar etika meski itu disampaikan secara gamblang.
“Kalau menurut saya nggak melanggar etik. Ini sebuah organisasi yang belum terakui secara baik, belum mendapatkan posisi yang jelas, posisi di ASN itu, maka ya wajar mereka bisa menyampaikan kepada siapapun,” kata Moeldoko saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, pada Rabu, 3 Januari 2024.
“Bisa saja mereka menyampaikan pada salah satu calon presiden. Mungkin bukan hanya ke mas Gibran, bisa saja ke calon yang lain karena itu bagian dari aspirasi mereka yang ingin mendapatkan perlakuan yang adil,” ujar Moeldoko lagi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"