• Minggu, 21 Desember 2025

Reshuffle Jilid 3 Kabinet Merah Putih, Ray Rangkuti: Prabowo Lakukan Dejokowisasi dan Gerindranisasi

Photo Author
- Kamis, 18 September 2025 | 12:17 WIB
Presiden Prabowo Subianto melantik menteri dan wakil menteri baru di Istana Negara, Jakarta (Foto: BPMI Setpres RI)
Presiden Prabowo Subianto melantik menteri dan wakil menteri baru di Istana Negara, Jakarta (Foto: BPMI Setpres RI)

KONTEKS.CO.ID - Reshuffle jilid 3 dalam pemerintahan Prabowo diakui berlangsung lebih cepat dari yang dibayangkan.

Semula, setelah reshuffle jilid 2, besar dugaan akan dilakukan dalam masa satu bulan setelahnya atau bahkan awal Januari 2026.

Namun faktanya, hanya dalam rentang lima hari setelah reshuffle jilid 2, resehuffle jilid 3 pun berlangsung.

Selain mengisi dua kekosongan menteri di reshuffle jilid 2, reshuffle jilid 3 ini juga menambah badan baru, serta kemungkinan meleburkan satu kementerian ke dalam satu badan.

Baca Juga: Reshuffle Kabinet Ketiga, Prabowo Tambah Kader Gerindra dan Ini Daftar Lengkapnya

Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti berpendapat, kesimpulan penting dari reshuffle jilid 3 kali ini adalah menguatkan dejokowinisasi dan makin mengentalnya gerindranisasi.

"Dejokowonisasi terlihat dari pindahnya Menteri BUMN ke Menpora. Erick Thohir adalah menteri di era Jokowi dan dikenal cukup dekat dengan beliau. Digesernya Erick Thohir ke posisi Menpora artinya memindahkan jabatan bergengsi dan strategis ke jabatan non strategis," ujarnya di Jakarta, Kamis, 19 September 2025.

Baca Juga: 3 Kali Ganti Menteri di Kabinet Merah Putih dalam 8 Bulan Pemerintahan Presiden Prabowo

Ray melanjutkan, strategis dalam hal ini tentu saja dalam hal pengaruh, wewenang atas aset negara, dan penentu kebijakan ekonomi.

"Tapi mengapa Erick Thohir berkenan mengambil jabatan itu? Pertama, yang penting tetap menteri. Kedua, bisa dioptimalkan untuk mempopulerkan diri ke kalangan gen Z dan anak muda lainnya, khususnya, menjelang pilpres 2029 yang akan datang," ulasnya.

Ray turut mengomentari pemberhentian Hasan Nasbi dari jabatan Ketua PCO yang menurutnya semakin menambah kesan itu. Hasan Nasbi dikenal salah satu pendukung utama Jokowi, bahkan sejak Pilkada DKI Jakarta 2012.

Baca Juga: Erick Thohir Rangkap Jabatan, PSSI Yakin Prestasi Olahraga Meningkat

"Perjalanan Nasbi di era Prabowo, tak seindah di era Jokowi. Pernah dikritik secara terbuka oleh Prabowo, yang membuat dirinya menyatakan mundur dari PCO. Pemunduran diri itu bahkan disampaikan dengan tayangan video yang cukup dramatis," tuturnya.

"Tetapi, kembali lagi setelah pemunduran dirinya tidak disetujui oleh Pak Prabowo. Kembali ke PCO tapi dengan tugas yang menyempit. Sebab, tugas utamanya sebagai juru bicara, justru diberikan kepada menteri lain. Dan, 17 September 2025 kemarin, Hasan Nasbi diberhentikan oleh Pak Prabowo. Nasib.. nasib," tambah Ray.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X