KONTEKS.CO.ID - Bisnis Burger King di Indonesia kembali menjadi faktor utama yang membebani kinerja Restaurant Brands Asia (RBA).
Tekanan di Indonesia membuat kerugian perusahaan tetap tinggi, sehingga harga saham RBA masih anjlok lebih dari 40 persen sejak September 2024.
Seperlimanya pendapatan RBA berasal dari Indonesia, tetapi segmen ini terus terseret kondisi geopolitik yang tidak stabil.
Selain itu juga persaingan ketat dengan pemain lokal maupun global.
RBA telah menutup hampir seluruh gerai berkinerja buruk di Indonesia.
Manajemen menyebut pemulihan di wilayah ini akan sangat bergantung pada stabilitas politik dan keamanan.
Baca Juga: Operasi Hari Ketiga, Tim SAR Temukan Delapan Korban Longsor di Cilacap
Kendati demikian, analis memperkirakan perusahaan belum akan mencapai titik impas (PAT breakeven) hingga FY28.
Beban dari bisnis di Indonesia, tingginya biaya operasional, serta profitabilitas kanal pengantaran di India masih menjadi tantangan utama.
Saham RBA kini diperdagangkan pada valuasi 7,7 kali EV/EBITDA berdasarkan estimasi FY27 Motilal Oswal.
Baca Juga: Jadi Lokasi Prostitusi Sesama Jenis, Taman Daan Mogot Kini Dijaga Ketat Satpol PP
Beberapa analis menyebut kemungkinan divestasi bisnis di Indonesia dapat membuka peluang revaluasi saham, jika manajemen memilih langkah tersebut.***