Di sinilah letak kekhawatiran publik. Ketika ditanya secara spesifik oleh wartawan mengenai nasib Perum Damri yang selama ini melayani rute-rute perintis non-profit apakah akan diubah menjadi PT lalu dimasukkan ke Danantara, Rohan Hafas memilih untuk mengelak.
Baca Juga: Polisi Benarkan Tangkap Onadio Leonardo dan Istrinya Beby Prisillia Terkait Kasus Narkoba
"Oh, nanti kita makan berikutnya (bahas soal Damri)," katanya, sebuah jawaban yang mengindikasikan isu ini sangat sensitif.
Sinyal bahwa perubahan status ini sedang digodok justru datang dari internal pemerintah. Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo (Tiko), beberapa bulan lalu pernah mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN memang sedang mengkaji kemungkinan mengubah Perum menjadi PT. Kajian itu, kata Tiko, sedang berjalan dan akan selesai dalam waktu dekat.
Kini, nasib layanan publik seperti bus Damri yang menjangkau pelosok atau stabilitas harga pangan yang dijaga Bulog, sangat bergantung pada hasil akhir perang filosofi ini.
Jika mereka tetap menjadi Perum, layanan bersubsidi untuk rakyat akan aman. Namun jika diubah menjadi PT agar bisa dikelola oleh entitas bisnis seperti Danantara, besar kemungkinan rute-rute non-profit dan subsidi akan dipangkas demi efisiensi dan pencapaian laba.***